Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Renungan Pesta Santu Yoakhim dan Santa Anna*

  Orang bilang, surga ada di telapak kaki mama. Maka mama, sesungguhnya adalah perempuan yang membawa surga di telapak kakinya. Dan ketika saya berdiri di antara mama2 sekalian, bumi yang saya pijaki serasa bagaikan tanah surga. Ada damai, ada cinta kasih.   (Sir 44:1, 10-15; Matius 13:16-17)     Bapa, Ibu, Saudara/I, Mama2 St. Ana yang terkasih ... Kitab Suci memberikan tempat istimewa kepada perempuan. Kemarin, ketika kita merayakan Pesta St. Yakobus – rasul – kita mendengar warta Injil tentang ibunda Yakobus dan Yohanes. Ia datang kepada Yesus dan meminta agar kedua anaknya diberi tempat istimewa dalam Kerajaan Allah kelak. Meski Yesus mengoreksi permohonan itu, Ibunda Yakobus telah melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh semua ibu. Ibu selalu mencari jaminan masa depan yang baik bagi anak-anaknya.   Dua hari lagi, kita akan memperingati St. Marta, Perempuan Betania, saudara Maria dan Lazarus. Marta adalah sosok perempuan yang penuh se...

Kerja Kita, Prestasi Bangsa (Renungan 17 Agustus 2018)*

“Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar, dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah” (Sir 10:1-8, 1Ptr 2:13-17, Mat 22:15-21) Bapa/Ibu, Saudara/I, umat beriman yang dikasihi dan dimerdekakan Yesus ... Ketika merayakan syukur atas HUT Kemerdekaan Indonesia pagi ini, hormat dan cinta tulus pertama-tama patut kita arahkan kepada para pahlawan bangsa, yang tersebar dari Sabang – Kota Seribu Benteng   sampai Merauke – Kota Rusa. Mereka rela mati demi ibu pertiwi: sampai tumpah darahnya, sampai tercabik dagingnya, sampai patah tulang-tulangnya. Ode dan aubade yang indah hendaknya tiada henti-henti kita daras dan lantunkan bagi keharuman nama mereka.   Hormat dan cinta tulus yang sama, patut diarahkan pula kepada semua penyelenggara pemerintahan di Indonesia saat ini: baik pada jajaran yudikatif, legislatif, maupun dan terutama eksekutif. Dari tingkat pusat sampai tingkat kecamatan, dari Jakarta hingga Mauponggo. Bila pahlawan zaman dulu rela wafat demi Indones...