Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.
(Yohanes 14:1-2a)
Keluarga yang
berduka, Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Yesus ...
Air mata
akan selalu membasahi pipi, ketika kita mengenang almarhum Bpk. Silvanus Meng
Ada. Tak ada yang sanggup membendung duka, tiada yang sanggup menahan derita.
Namun air mata kita, hendaknya dimaknai sebagai duka atas kepergian, bukan duka
atas kehilangan. Meninggalnya bapak hanyalah tanda kepergian, dan kita
akan menyusulnya kelak. Bapak telah meninggalkan kita, meninggalkan rumah ini.
Namun di masa mendatang, kita akan bersama-sama bapak lagi, di Rumah Bapa
Allah.
Bagi kita
yang masih hidup, rumah pertama-tama dimaknai sebagai bangunan, tempat kita
berdiam. Ada rumah beratap senk, rumah beratap genteng, rumah beratap bambu,
rumah beratap alang-alang, rumah beratap rumbia. Ada rumah berdiding tembok,
rumah berdinding papan, rumah berdinding pelupuh. Ada rumah berlantai keramik,
rumah berlantai semen, rumah berlantai tanah. Itulah rumah, bangunan tempat
kita tinggal.
Dalam
pengertian kedua, rumah dimaknai sebagai sebuah situasi, sebuah suasana, sebuah
keadaan dalam keluarga kita. Ada rumah yang penuh damai dan kebahagiaan, ada
rumah yang dipenuhi kekacauan dan pertengkaran. Ada rumah yang dipenuhi
sukacita dan pengharapan, ada rumah yang dipenuhi duka dan kecemasan. Ada
rumah yang dipenuhi rasa saling menghargai dan mencintai, ada rumah yang penuh
kebencian dan saling permusuhan. Itulah rumah, sebuah situasi/suasana, tempat
kita hidup.
Dan bagi
kita, yang hidup pada zaman modern ini, rumah (dalam arti bangunan, tempat
tinggal) tidak lagi menjadi persoalan. Sebagian besar orang menempati rumah
layak huni, meski ada juga yang belum memiliki rumah atau menempati bangunan
tak layak huni. Persoalan kita saat ini adalah susahnya menemukan rumah (dalam
pengertian suasana, situasi) yang penuh cinta, penuh persaudaraan, tempat aman
bagi jiwa dan raga.
Masing-masing
kita, tanpa kecuali, punya masalah dalam menata situasi rumah tangga kita:
kurang menghargai satu terhadap yang lain, kurang mencintai, kurang memberi
perhatian. Itulah sebabnya, mengapa rumah kita lebih sering dipenuhi
pertengkaran, caci maki dan tangisan. Sangat sedikit waktu di mana rumah kita
dipenuhi canda tawa dan kegembiraan. Rumah, tidak lagi menjadi tempat yang
dirindu, melainkan telah menjadi tempat yang dihindari. Senang ketika pergi
dari rumah, dan merasa ada beban ketika mesti kembali atau berada di rumah.
Keluarga yang
berduka, Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Yesus ...
Janji
Yesus tentang Rumah Bapa justru menyangkut rumah dalam arti suasana/situasi
ini. Rumah Bapa adalah keadaan di mana cinta kasih menjadi dasar dari
segala-galanya: setiap orang akan berada dalam kebahagiaan, penuh penghiburan,
serba berkecukupan. Di Rumah Bapa takkan ada lagi saling permusuhan, saling
benci, saling caci maki. Semua orang akan menjadi saudara yang baik bagi yang
lain. Dan Yesus menegaskan “di Rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal”. Artinya:
Cinta kasih di Rumah Bapa takkan habis-habis, selalu ada sukacita dan
penghiburan bagi yang mendambakannya.
Kita
yakin, almarhum bapak sudah berada di Rumah Bapa. Dia tak lagi mengalami sakit,
mengalami duka dan derita. Ia tak lagi marah-marah, bersedih atau dikecewakan.
Bapak sudah berada dalam keadaan penuh sukacita, penuh syukur dan persaudaraan.
Ia tak lagi sibuk oleh bermacam-macam kekhawatiran duniawi, sebab segala
kebutuhan hidupnya sudah disediakan Allah Bapa. Yang bapak kerjakan saat ini
adalah memuji Allah dan mendoakan kita yang hidup di dunia ini, terutama
keluarga. Bapak juga berharap agar kita tak lagi bersedih atas kepergiaannya.
Bapak hanya berharap agar kita hidup lebih baik lagi, dari hari ke hari, agar
suatu saat kita bisa berada bersama dia di Rumah Bapa, merasakan betapa baiknya
Allah kita.
Keluarga yang
berduka, Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Yesus ...
Selain
berharap akan merasakan sukacita Rumah Bapa, kita masing-masing memiliki tugas
yang bisa kita kerjakan di rumah kita masing-masing. Tugas tersebut adalah
membangun suasana damai dalam rumah tangga kita masing-masing.
Kita
sudah memiliki bangunan rumah yang bagus-bagus. Kini tugas kita adalah
mengisinya dengan cinta kasih, saling menghargai dan menghormati satu sama
lain. Dengan demikian, Rumah Bapa tidak hanya kita rasakan setelah kematian
menjemput kita, melainkan bisa kita rasakan sekarang dalam rumah kita
masing-masing. Saya yakin, Allah akan memberkati usaha kita, bapak
Silvanus akan mendoakan kita. Amin.
* * *
[Dibawakan pada Ibadat Arwah mengenang 30 hari meninggalnya Bpk.
Silvanus Meng Ada, ayahanda dari Sdri. Wati, mantan karyawati Ledalero). Lela,
9 September 2017]
Komentar
Posting Komentar