Gambar ilustrasi Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. (Foto Google). |
Kepala Desa Ribang, Paulinus Badar, memiliki
kerinduan besar untuk menjadikan Paroki Wairpelit sebagai paroki mandiri.
Namun, kerinduan Linus Badar ini terkendala dengan munculnya sekawanan kecil
umat yang menganut status quo. Mereka tidak mau berubah,
tetapi ingin mempertahankan kondisi Wairpelit seperti sekarang
ini. Untuk itu, dia menawarkan metode pembasuhan otak. Membuka
cakrawala berpikir umat dan menanamkan nilai-nilai yang baik ke dalam otak
mereka.
“Pada malam
perjamuan terakhir, Yesus berlutut dan membasuh kaki keduabelas murid-Nya. Atas
cara yang sangat radikal, Ia menjelaskan kepada mereka arti kasih dan
pelayanan. Saya kira, umat yang terus menjauh dari persekutuan umat Allah
perlu dibasuh otak dan hatinya, agar mereka sadar apa makna persatuan dan
perubahan dalam Gereja,” kata Linus saat saya jumpai di Pendopo Pastoran Paroki
Wairpelit, Kamis (13/4/2017) pagi.
Pernyataan Linus
ini lahir dari pertanyaan saya tentang bagaimana ia membaca perkembangan Paroki
Wairpelit dari tahun ke tahun. Menurut Linus, sampai dengan 5 tahun lalu,
Paroki Wairpelit belum sanggup untuk hidup mandiri. “Segala sesuatu sangat
bergantung pada Seminari Ledalero” katanya. “Rasa kepemilikan umat terhadap
paroki ini masih sangat minim,” sambungnya.
“Pernah ada upaya peningkatan kemandirian umat,” kenang Linus. Pastor dan dewan paroki mengajak umat untuk mulai berbenah, menata rumah tangga paroki menjadi lebih baik. Ajakan itu berupa permintaan untuk meningkatkan jumlah derma, mengumpulkan dana untuk membangun rumah pastor, menghimpun dana untuk membeli tanah paroki dan membangun gereja, serta mengajak umat untuk terlibat aktif dalam kehidupan menggereja.
“Namun usaha-usaha tersebut belum sepenuhnya berhasil. Pengelolaan keuangan paroki kurang transparan dan rencana-rencana pembangunan tidak pernah direalisasikan. Akibatnya, tingkat kepercayaan umat terhadap para petugas pastoral menurun sampai ke tingkatnya yang paling parah. Umat mulai menutup diri dan cenderung pesimis terhadap segala program yang ditetapkan paroki,” kata Linus.
Situasi hilangnya kepercayaan umat terhadap pengaturan kehidupan paroki dimanfaatkan oleh pribadi-pribadi tertentu yang memang tidak suka dengan perubahan. “Sangat sulit untuk menyadarkan umat tentang arti kemandirian dalam Gereja. Situasi ini dipersulit lagi dengan berkurangnya tingkat kepercayaan umat terhadap sistem pengatur keuangan paroki,” katanya.
Kesadaran untuk hidup mandiri dan meningkatnya semangat memberi baru muncul kembali sekitar lima tahun lalu. Pembenahan menyeluruh dalam sistem pengaturan keuangan paroki menjadi semacam panggilan bagi seluruh umat untuk kembali menghidupi paroki ini. Pelan tapi meyakinkan, jumlah derma kembali meningkat, iuran gereja dibayar pada waktunya dan keaktifan umat meningkat.
“Meskipun demikian, masih ada pribadi-pribadi tertentu yang belum bersedia untuk bekerja sama. Untuk itu, perlu sikap bijak pastor paroki dan dewan untuk merangkul dan menyadarkan mereka,” kata Linus. “Sebab seburuk apapun sikap yang mereka tunjukkan, mereka tetaplah bagian dari umat Paroki Wairpelit,” sambungnya.
Sehubungan dengan pernyataannya ini, Linus menekankan pentingnya komitmen para petugas pastoral untuk terus mengajak umat bersekutu membangun Gereja. “Saya berbicara tentang pentingnya peran para pemimpin,” ungkapnya. “Kepemimpinan tersebut melingkupi tingkat umat basis, lingkungan dan dewan paroki”.
Menurut Linus, pada tingkat KBG telah terbentuk struktur kepengurusan yang jelas. Namun, pelaksanaan tugas mereka kadang tersendat. Situasi yang sama terjadi juga pada level lingkungan. Sebagian pengurus lingkungan terlihat aktif, sedangkan sebagian yang lain terkesan kurang aktif. Padahal, kata Linus, peran mereka sangat dibutuhkan dalam meningkatkan keaktifan umat.
“Pada tingkat dewan paroki kendala yang terjadi adalah tidak semua orang ingin maju. Ada orang-orang tertentu yang cukup betah dengan kondisi sekarang ini. Padahal tingkat kemandirian paroki akan semakin baik jika semua dewan satu suara dan bekerja sama dalam setiap proses pembangunan,” tandasnya.
Keterlibatan
Pemerintah Desa
Sebagai kepala
dari sebuah desa yang wilayah kerjanya berada dalam lingkup Paroki Wairpelit,
Linus menjelaskan keterlibatan pihaknya pada setiap program yang ditetapkan
paroki. Keterlibatan tersebut terlaksana baik secara moril maupun materiil.
“Secara moril, kami selalu aktif menyampaikan atau membuat pertimbangan program kerja paroki. Selain itu, kami juga berusaha memberikan dukungan terhadap rancang program yang ditetapkan paroki khususnya bila berkaitan dengan pemberdayaan umat. Prinsipnya bahwa setiap rancang kerja yang sfatnya membawa kemajuan bagi kehidupan bersama pasti kami dukung,” katanya.
Secara materiil, Desa Ribang juga terlibat dalam upaya pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana peribadatan. Selama dua tahun terakhir, misalnya, Desa Ribang sudah menyumbang dana sejumlah 15 juta rupiah bagi kelancaran pembangunan gedung gereja.
“Saya kira, pemerintah desa senantiasa terpanggil untuk mendukung karya paroki. Sebab menurut kami, kesejahteraaan dan peningkatan taraf hidup yang diperjuangkan paroki merupakan cita-cita kami juga. Oleh karena itu, paroki dan pemerintah desa sepantasnya terus menjalin kerja sama,” tuturnya.
Guna mendukung komitmen ini, Linus mengemukakan salah satu potensi yang dimiliki Paroki Wairpelit dan Desa Ribang yakni kaum muda. Menurut Linus, keterlibatan kaum muda dalam setiap kegiatan paroki dan desa akan membawa kemajuan dalam hidup bersama.
“Saat ini kami sedang memberdayakan sebuah kelompok kaum muda yang dinamakan Forum Anak Desa. Forum ini tidak saja bertujuan menggugah kesadaran kaum muda kami supaya aktif di desa, tetapi juga ajakan bagi mereka supaya melibatkan diri dalam kelompok OMK yang dibentuk paroki,” katanya.
Linus optimis, jika kaum muda semakin aktif dalam program pemerintah desa dan paroki, kehidupan yang lebih baik akan segera terwujud. Pengaktifan kaum muda ini juga berguna dalam proses kaderisasi kepemimpinan. “Supaya kepengurusan desa dan paroki bisa sedikit berganti. Jangan orang-orang yang sama terus dari tahun ke tahun,” tegasnya.
Harapan
dan Ucapan Selamat
Pada bagian
akhir perbincangan kami pagi itu, Linus sekali lagi mengharapkan keterlibatan
segenap elemen umat dalam memperjuangkan kemandirian paroki. Momen emas Paroki
Wairpelit, kata Linus, merupakan kesempatan yang baik untuk meninggalkan
kenangan buruk pada masa lalu dan memulai sebuah semangat hidup yang baru.
“Saya ingin meyakinkan umat bahwa sistem pengelolaan paroki saat ini sudah jauh perbeda dengan sistem pengelolaan paroki bertahun-tahun silam. Jika pada masa lampau kita hanya menjadi penonton dan hampir tidak memiliki keterikatan batin dengan paroki, maka saat ini kita mesti sadar bahwa Paroki Wairpelit sesungguhnya adalah kita. Singkirkan pikiran-pikiran yang buruk dan mari bersatu memajukan paroki kita ini,” ungkapnya.
Mewakili seluruh warga Desa Ribang, Linus menyampaikan ucapan selamat atas usia emas Paroki Wairpelit. “Kiranya momen ini menjadi kesempatan bagi seluruh umat untuk menyadari bahwa Paroki Wairpelit baru bisa berlangkah maju jika umat bersedia memberi diri untuk maju bersamanya,” tegasnya. [Yovan Rante, SVD]
Komentar
Posting Komentar