Langsung ke konten utama

Renungan Penutupan Bulan Maria 2015

Ziarah ...

Yohanes 19:25-30
(25) Dan dekat salib Yesus berdiri Ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Klopas dan Maria Magdalena. (26) Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya,berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!”(27) Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, anak-anak Maria yang terkasih ...
Pada hari Sabtu dan Minggu (9-10/5/2015) yang lalu, Saya bersama beberapa orang pastor, bruder, suster, dan frater yang tergabung dalam Forum Kerjasama Kongregasi Religius (FKKR) – persekutuan biarawan/biarawati – Wilayah Ende-Lio mengadakan live in – hidup di dalam dan bersama – umat Pusat Paroki Maria Magdalena Sofia Barat Kombandaru. 
Meskipun hanya berlangsung dua hari, kegiatan yang diadakan berkenaan dengan “Tahun Hidup Bhakti” – tahun refleksi dan evaluasi semangat hidup biarawan-biarawati – ini, kami – setelah dibagi ke setiap KUB - sempat mengadakan aneka kegiatan bersama umat yakni ibadat/doa rosario, promosi panggilan, katekese, perayaan ekaristi, pendampingan Sekami-kaum muda-kelompok doa orang dewasa, serta kegiatan-kegiatan lainnya.
Singkat kisah: di KUB yang saya kunjungi, Sabtu (9/5) malam, seusai ibadat rosario, ada sebuah pertanyaan yang diajukan seorang tokoh umat kepada Saya: “Frater, aturan paling benar terkait banyaknya peristiwa yang harus kita renungkan dalam sebuah doa rosario itu sebenarnya berapa? Sebab di paroki kami, ada aturan: seandainya ada bacaan Kitab Suci dan renungan, kami doakan tiga peristiwa rosario, pertama; kedua, jika tidak ada bacaan Kitab Suci dan renungan, kami harus mendoakan lima peristiwa rosario. Mana yang benar?”
Meskipun tidak terlalu sempurna, jawaban yang Saya berikan pada waktu itu kira-kira seperti ini: “Inti dari doa rosario-devosi kepada Maria, adalah renungan-refleksi atas beberapa peristiwa dalam hidup Yesus, sejak Ia dikabarkan akan datang ke dunia, sampai dengan saat Dia kembali ke surga – saya selipkan pernyataan: yang berhubungan erat dengan Maria, bunda-Nya. 
Doa rosario sebenarnya merupakan renungan atas ziarah hidup Yesus, renungan atas peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi dalam perjalanan hidup Sang Putra Allah, dalam keterkaitan dan kebersamaan-Nya dengan Maria. Karena itu hal/bagian yang menjadi inti dan harus mendapat penekanan dalam doa rosario adalah penyebutan–renungan-refleksi pada peristiwa-peristiwa rosarionya, bukan pada banyak-panjangnya permohonan, bukan pula pada doa Salam Maria.
Kesimpulannya: bukan pada seberapa banyak peristiwa rosario yang kita renungkan, tetapi seberapa mendalam refleksi kita akan kisah ziarah hidup Yesus dalam peristiwa-peristiwa itu.Seandainya Anda mengetahui inti dari doa rosario, perkara tiga atau lima peristiwa bukan persoalan lagi, Anda boleh memilih, tohkeduanya tetap mengarah pada permenungan akan ziarah hidup atau sabda Yesus. Tetapi agar Anda tidak menjadi batu sandungan bagi kelompok umat yang lain, taati aturan/kesepakatan Gereja lokal, dalam hal ini aturan-kesepakatan di paroki Anda.”
Saya menyaksikan – meski dalam remang cahaya karena listrik milik Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta ini tidak menyala, mereka angguk-angguk; mengerti.
***
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, anak-anak Maria yang terkasih ...
Sebagaimana inti doa rosario adalah permenungan akan kisah-kisah pilihan dalam ziarah hidup dan karya penyelamatan Yesus, kita pun telah mengambil bagian dalam ziarah itu selama satu bulan ini. Bersama Bunda Maria, ibu nan soleha yang pada awalnya menderita karena kehilangan Putra Tunggal-nya terkasih, tetapi selanjutnya berbahagia karena mendapatkan jutaan putra-putri dari seluruh pelosok dunia, kita berjalan bersama dalam ujud dan doa, sambil merenungkan ziarah hidup dan karya keselamatan Kristus.
Sadar atau tidak, ketika berdoa rosario kita sebenarnya sedang berziarah: perjalanan dalam doa, dari rumah yang satu ke rumah yang lain, dari keluarga yang satu ke keluarga yang lain. Sesungguhnya, doa rosario bukan sekadar doa giliran dari rumah ke rumah, melainkan sebuah bentuk ziarah bersama dan dalam Yesus.
Oleh karena itu, di beberapa tempat terdapat praktik seperti ini:doa rosario - satu malam dua rumah, pembukaan sampai peristiwa kedua dilakukan di rumah pertama, peristiwa ketiga dibuat dalam perjalanan menuju rumah kedua, dan bagian selanjutnya sampai penutup dilakukan di rumah kedua. Sebuah simbol ziarah, berjalan bersama dan dalam Yesus, sambil merenungkan ziarah hidup dan karya keselamatan yang dilakukan-Nya.
***
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, anak-anak Maria yang terkasih ...
Petang ini kita akan menutup keseluruhan rangkaian devosi kita. Lantas akankan ziarah kita bersama Yesus dan Bunda Maria akan berakhir? Saya berharap kita menjawab “TIDAK”.
“Dan sejak saat itu murid itu menerima dia (Maria) di dalam rumahnya”, (Yoh 19:27b). Yesus menginginkan agar kita menerima Bunda Maria dalam rumah tangga kita, menerima Maria dalam keseharian rutinitas hidup kita, dan secara lebih mendalam lagi, menerima Maria dalam hati kita masing-masing, untuk selanjutnya bersama Bunda Maria kita merenungkan ziarah hidup dan karya Yesus selama hidup-Nya di dunia.
Oleh karena itu Saya mengajak kita semua untuk terus berdoa rosario setiap hari: 20 peristiwa rosario bagi yang opa-oma, lima peristiwa rosario bagi orang dewasa, satu peristiwa rosario bagi anak-anak. Kalau tidak bisa, cukuplah satu kali berdoa “Bapak Kami” dan tiga kali “Salam Maria”. Berdoa pun tidak harus dengan berlutut di depan arca Bunda Maria, sambil mengunci pintu dan meninggalkan pekerjaan. 
Doa bisa kita lakukan seirama dengan pekerjaan kita, dalam perjalanan menuju kantor, berdoalah; dalam pekerjaan mengiris sayur, berdoalah. Kembali pada inti, doa rosario adalah doa ziarah, merenungkan ziarah hidup dan karya Yesus, yang bisa kita renungkan dalam ziarah hidup dan pekerjaan harian kita.
***
Beny, bocah berusia 4,5 tahun, punya cita-cita menjadi polisi, baru saja didaftarkan ibunya menjadi seorang siswa Taman Kanak-Kanak (TK) pada sebuah TK yang berjarak sekitar 150-an meter, lurus tanpa kelok, dari rumahnya. Setiap pagi, pada bulan pertama dan beberapa minggu berikutnya, Beny selalu ditemani – diantar – ibunya dalam perjalanannya menuju sekolah.
Pada akhir bulan kedua, sang ibunda mengajak Beny untuk berjalan sendiri menuju sekolah, tidak perlu diantar lagi. Awalnya Beny tidak mau, dia menangis meraung-raung dan memeluk kaki ibunya, alasan dia: selain karena rindu ibunya dia juga takut berjalan sendiri: ada anjing galak, ada anak muda putus sekolah yang berkumpul di gang sebelah sambil sesekali memeras uang saku anak-anak sekolah, ada orang gila, dan berbagai “bahaya” lainnya.
Sang ibu tidak kehilangan akal, dengan penuh kasih sayang ia menggendong Beny, mengusap air mata dari pipi Beny, dan membisikkan kata “Mama sayang Beny”  ke kuping Beny. Setelah yakin semuanya bisa diatasi, sang ibu berbisik: “Beny sayang, Beny sayang Mama kan?” Beny mengangguk. “Mama juga tidak ingin Beny mendapat celaka. Tetapi supaya Beny bisa menjadi polisi, Beny harus berani berjalan sendiri ke sekolah. Mama akan berdiri di gerbang depan rumah dan terus mengawasi Beny berjalan menuju sekolah. Mata Mama tidak akan berpaling sedetik pun dari punggung Beny, sehingga kalau bahaya datang, Mama segera berlari dan merangkul Beny. Beny tidak perlu takut, dan kalau takut atau ragu, berpalinglah sejenak ke tempat Mama berdiri; Mama pasti ada di sana dan sedang melihat Beny.”
Demikianlah Beny berjalan sendiri menuju sekolah, tetapi ia tidak takut, sebab ia yakin, mata sang bunda tetap mengawasinya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ketika ia mulai takut, ia berpaling sebentar dan melihat ibunya sedang berdiri dan memandang dia dari gerbang depan rumahnya. Beny mendapat kekuatan dan kembali berjalan menuju sekolah.
***
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, anak-anak Maria yang terkasih ...
Mata Bunda Maria juga senantiasa mengawasi kita, dalam setiap ziarah - perjalanan hidup kita. Ketika takut atau mengalami bencana, berpalinglah sejenak, dan yakinlah Bunda Maria sedang berdiri, mengawasi dan mendoakan kita.Ia ingin kita tetap setia untuk berziarah dalam persatuan yang mesra bersama Yesus Kristus Putra-nya. Amin.

Catatan: Renungan ini dibawakan saat Ibadat Penutupan Bulan Maria, akhir Mei 2015, di Biara St. Yosef Ende)


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Di Rumah Bapa-Ku Banyak Tempat Tinggal” [Renungan Ibadat Kematian]

Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. (Yohanes 14:1-2a) Keluarga yang berduka, Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Yesus ... Air mata akan selalu membasahi pipi, ketika kita mengenang almarhum Bpk. Silvanus Meng Ada. Tak ada yang sanggup membendung duka, tiada yang sanggup menahan derita. Namun air mata kita, hendaknya dimaknai sebagai duka atas kepergian, bukan duka atas kehilangan. Meninggalnya bapak hanyalah tanda kepergian, dan kita akan menyusulnya kelak. Bapak telah meninggalkan kita, meninggalkan rumah ini. Namun di masa mendatang, kita akan bersama-sama bapak lagi, di Rumah Bapa Allah. Bagi kita yang masih hidup, rumah pertama-tama dimaknai sebagai bangunan, tempat kita berdiam. Ada rumah beratap senk, rumah beratap genteng, rumah beratap bambu, rumah beratap alang-alang, rumah beratap rumbia. Ada rumah berdiding tembok, rumah berdinding papan, rumah berdinding pelupuh. Ada...

Susunan Ibadat Tanpa Imam Untuk Hari Minggu Palma (A/1)

A.       PEMBUKAAN DAN PERARAKAN 1.         Nyanyian Pembuka (Untuk membuka ibadat, mempersatukan umat, menyambut tema ibadat,   mengiring masuknya petugas liturgy. Hendaknya dinyayikan bersama). 2.         Tanda Salib Pemandu/Pengantar (P) dari tempat duduknya menandai diri dengan tanda salib; demikian juga umat, sambil berkata: P : Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. U : Amin. 3.         Salam Pembuka Pemandu/Pengantar (P) mengucapkan salam berikut dengan tangan tertutup: P :   Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus selalu bersamamu . U : Dan bersama rohmu. 4.         Kata Pembuka/Tema/Pengantar P :    Saudara-saudari terkas...

Materi Rekoleksi Orang Muda Katolik (OMK) - Renungan II

OMK Paroki St. Yohanes Pemandi Lengko Elar  (Foto: Facebook Fill Wulengsa) Tema: Meneladani Maria – Memberi Diri dan Melayani Tujuan : (1) Mendalami teks Lukas 1:26-38; (2) Menemukan keutamaan-keutamaan dalam diri Perawan Maria; (3) Menerapkan teladan Maria dalam kehidupan sehari-hari. Inspirasi : Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Anak Muda Sedunia XXXIV, Panama, Januari 2019 dan Injil Lukas 1:26-38. PENGHUBUNG: Ada sebuah kesamaan yang menghubungkan Maria (saat ia mendapat kabar gembira) dengan kaum muda yaitu sama-sama orang muda. Ketika pertama kali mendapat panggilan Allah, Maria diperkirakan masih berusia 16 tahun. Dalam OMK, Maria tergolong kelompok taruna. JAWABAN MARIA: Saat mendapat kabar dari malaikat Gabriel, Maria dengan yakin menjawab: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba TUHAN; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” ( ay. 38). Jawaban Maria adalah sebuah “YA” yang berani dan murah hati. Sebuah jawaban YA dari seseorang anak muda yang telah memahami ra...