![]() |
Ilustrasi Buah Kakao. |
Kepala Desa Koting A, Octavianus Sari,
boleh jadi merupakan salah satu dari sejumlah kecil angkatan muda di Kabupaten
Sikka yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk menjadi Kepala Desa. Usianya
baru 36 tahun, pengalamannya pada bidang politik dan birokrasi pun masih
tergolong sedikit. Namun berkat wawasan berpikirnya yang luas, ketulusan
hatinya untuk merangkul semua kepentingan dan komitmennya yang kuat untuk
memajukan masyarakat kecil, ia terpilih menjadi kepala desa.
Saya berkesempatan mengunjungi tempat kediamannya
pada Rabu (19/4/2017) malam. Bersama sang istri, Ny. Maria Nerta Salviana, Kades
Octavianus terlihat sibuk membereskan beberapa sisa
pekerjaan kantor. Sikap luwesnya membuat perbincangan kami pada malam itu
menjadi lebih santai. Beberapa ide cemerlang pun terlontar dari mulut kepala
desa yang pernah mengenyam pendidikan di SMA Seminari San Dominggo Hokeng ini.
Octavianus menjelaskan, wilayah
kerja Desa Koting A meliputi tiga dusun yaitu Gere, Natargede dan Wolohuler.
Mengacu pada data tahun terakhir, wilayah yang mencakup 16 RT dan 3 RW ini
dihuni kurang lebih 1.400 jiwa/349 kepala keluarga. 90 persen penduduknya
bermatapencaharian sebagai petani dengan konsentrasi perkebunan dan pertanian. Hasil
komoditi yang diandalkan berupa kelapa, kakao dan pisang.
Menurut penuturan Octavianus,
masyarakat yang mendiami wilayah yang dipimpinnya tergabung ke dua wilayah
paroki yakni Wairpelit dan Koting. Masyarakat yang mendiami Dusun Gere
bergabung ke Paroki St. Yosef Pekerja Wairpelit, sedangkan masyarakat dari dua
dusun lainnya bergabung ke Paroki St. Fransiskus Xaverius Koting. Variasi ini,
kata Octavianus, menjadi tantangan tersendiri bagi sistem pengelolaan
pemerintahan di desanya.
“Belum ada pendekatan resmi dari pastor
paroki dan dewan kepada kami di Desa Koting A,” tandas Octavianus ketika
saya menanyakan sejauh mana relasi yang terjalin antara paroki dengan desa yang
dipimpinnya. “Beragam urusan yang seharusnya melibatkan pertemuan resmi antara
paroki dengan pihak desa belum pernah diadakan. Beberapa kebutuhan paroki pun
sebenarnya bisa kami bantu. Namun karena tidak ada pendekatan resmi, kami belum
bisa menentukan sebuah kebijakan,” katanya.
Octavianus menjelaskan, konteks
wilayah pemerintahan pada desa yang dipimpinnya berbeda dengan konteks wilayah
pemerintahan pada dua desa lain di wilayah Paroki Wairpelit. Di wilayahnya,
terdapat dua kelompok umat yang menjadi anggota dari dua paroki berbeda. Oleh
karena itu, segala kebijakan yang diambil mesti mempertimbangkan aspek keadilan
antara dua kelompok umat tersebut.
“Ketika desa kami hendak menyalurkan
anggaran bagi pembangunan rumah ibadat di Paroki Wairpelit, misalnya, kami juga
mesti mengalokasikan sejumlah dana yang sama bagi Paroki Koting. Apalagi bila
mempertimbangkan jumlah umat, kelompok umat Koting jauh lebih banyak dari umat
Wairpelit,” katanya.
Octavianus menduga, faktor ini menjadi
salah satu penyebab mengapa pihak paroki belum membuat pendekatan resmi ke
desanya. Namun bagi dia, peluang selalu saja ada meskipun sangat sedikit. Keterbukaan
pihak paroki untuk menjalin kerja sama dengan Desa Koting A bisa menjadi
semacam solusi yang bakal meluruskan kembali kekusutan yang ada.
“Pada tahun 2017 ini, kami sudah
merancang beberapa anggaran yang salah satu sasarannya adalah pembangunan
gedung gereja Wairpelit. Mudah-mudahan anggaran itu disetujui Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Koting A. Sehingga Desa Koting A, meski kurang
diperhitungkan pihak paroki, bisa melakukan sesuatu untuk Paroki Wairpelit,”
katanya.
Namun Octavianus membuat penegasan
bahwa meskipun pembangunan fisik baru bersifat rancangan, pihaknya telah lama
aktif dalam kegiatan membangun manusia. Menggugah setiap anak supaya rajin ke
sekolah, memberikan dukungan dan motivasi bagi kelompok muda untuk berkreasi,
mengajak kaum tua untuk aktif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, adalah
contoh-contoh kegiatan yang pernah dilakukan desanya.
“Pada puncak perayaan emas paroki ini,
Orang Muda Gere (OMG) akan menyelenggarakan pentas seni dan kreasi.Kelompok orang muda ini sesungguhnya
terbentuk berkat komitmen bersama antara kaum muda dengan pemerintahan Desa
Koting A. Kegiatan-kegiatan ini merupakan bentuk dukungan kami bagi Paroki
Wairpelit,” tandasnya.
Apa yang disampaikannya ini, kata
Octavianus, mengacu pada kapasitas dia sebagai Kepala Desa Koting A.
Sedangkan hal-hal lain berkaitan dengan statusnya sebagai umat Lingkungan Gere,
tetap dijalankannya dengan penuh tanggung jawab.
Partisipasi
Umat
Menurut kaca mata Octavianus,
tingkat partisipasi umat di Paroki Wairpelit sangat bervariasi sesuai bidangnya
masing-masing. Dalam bidang liturgi, misalnya, banyak umat yang aktif pada
momen tertentu saja. Natal, Paskah, Komuni Pertama, merupakan serangkaian
contoh kesempatan di mana umat sangat aktif dalam kegiatan liturgi. Di luar
kesempatan itu, banyak umat memilih menjadi penonton.
“Dalam hal pembangunan fisik, saya
menilai bahwa banyak umat yang ingin terlibat. Mereka ingin memberi sesuatu
sebagai bentuk peran serta mereka dalam proses pembangunan paroki. Namun
cita-cita mulia ini kerap terkendala dengan jumlah penghasilan mereka yang
kecil, bahkan tidak cukup untuk membiayai hidup sendiri. Maka kita, tidak boleh
membaca dari hasilnya saja, melainkan melihat juga melihat proses mereka
berjuang,” ujarnya.
Meski demikian, Octavianus tetap
mengakui bahwa memang ada umat yang secara sadar memilih untuk tidak aktif. Mereka
memiliki potensi untuk terlibat, tetapi memilih untuk tidak aktif. Orang-orang
ini, kata dia, perlu didekati secara khusus baik oleh pastor paroki maupun oleh
para pengurus lingkungan atau KUB. Selain bahwa mereka perlu dirangkul kembali
sebagai anggota umat Allah, aksi ini juga menjadi bentuk keadilan bagi umat
lain yang sudah melibatkan diri secara aktif dalam program pembangunan paroki.
“Saya berharap agar tingkat partisipasi
umat perlu ditingkatkan lagi. Pastor paroki dan dewan diharapkan lebih sering
mengadakan kegiatan di lingkungan-lingkungan agar umat merasa sebagai bagian
dari paroki ini. Jika terus-menerus dibiarkan, umat akan semakin menjauh dari
paroki,” katanya.
Ucapan
Selamat dan Terima Kasih
Berkenaan dengan usia emas Paroki
Wairpelit yang dirayakan pada tahun ini, Kades Octavianus menyampaikan
ucapan selamat berbahagia kepada pastor paroki serta seluruh umat Wairpelit.
Dirinya berharap agar pada tahun-tahun mendatang tingkat kemandirian paroki ini
menjadi semakin baik lagi.
“Sebagai Kepala Desa Koting A, saya juga
menyampaikan ucapan epan gawang, terima
kasih kepada pastor paroki, anggota dewan dan seluruh petugas pastoral yang
telah bekerja keras memperjuangkan pemberdayaan umat di wilayah desa kami ini. Pemberdayaan
itu bisa jadi belum tampak secara fisik. Namun penyampaian wejangan, motivasi
dan penyadaran dari paroki telah menjadi harta yang membekali hidup masyarakat.
Segala kerja keras itu akan kami ingat dan kelak kami balas sesuai dengan
tatacara kami sendiri,” katanya.
Octavianus juga menyampaikan terima
kasih atas kesediaan tim penyusun Buku Kenangan 50 Tahun Paroki Wairpelit yang
sudah berkenan menulis sesuatu berdasarkan sudut pandang Kades Desa Koting A. Kesediaan
ini, kata Octavianus, merupakan tahap awal dari pendekatan resmi Paroki
Wairpelit kepada pihaknya.“Saya bersama seluruh jajaran pemerintahan dan
masyarakat Desa Koting akan selalu ada bersama Paroki Wairpelit. Jangan takut!”
tandasnya.
Komentar
Posting Komentar