Langsung ke konten utama

Memaknai Arti Hidup Bakti

Kiri-Kanan: Bruder John Taek SVD, Bruder Kanis Sasi SVD, Frater Yovan Rante SVD dan Frater Arsel Klau SVD sedang bernyanyi gembira mensyukuri rahmat panggilan Tuhan atas diri mereka pada sebuah kegiatan di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. (Foto: Budy)
Perayaan ekaristi memperingati peristiwa Yesus Dipersembahkan di Bait Allah, yang dirangkaikan dengan Penutupan Tahun Hidup Bakti tingkat Keuskupan Maumere, di Gereja Katedral St Yosef Maumere, Selasa (2/2/2016) petang, hampir dimulai. Ketua Matridis Keuskupan Maumere, Frater M. Herman BHK – agak tergesa-gesa – naik ke mimbar pengumuman, berdehem sejenak, dan menyampaikan pesan Uskup Maumere Mgr Gerulfus Kherubim Pareira SVD, yang petang itu memimpin perayaan.

“Pater, suster, frater, bruder dan umat sekalian, Bapak Uskup meminta agar perwakilan dari setiap tarekat turut mengambil bagian dalam perarakan bersama Bapak Uskup dan para imam. Perayaan ini dikhususkan bagi pegiat hidup bakti, maka seluruh biarawan dan biarawati diharapkan mengambil bagian di dalamnya,” katanya.

Beberapa saat kemudian, diiringi lagu motif Sikka “Mari Kita Pergi ke Rumah Bapa” yang dilantunkan para frater Tingkat I Seminari Tinggi St Paulus Ledalero, perarakan panjang Uskup bersama para imam dan biarawan-biarawati lainnya memasuki gereja. Sambil memegang lilin bernyala yang sudah diberkati Mgr Kherubim, 27 suster, 6 bruder/frater dan 25 imam, ikut serta dalam perarakan misa bertema “Bangkitlah Dunia, Nyalakanlah Api Panggilanmu” tersebut.

Merujuk tradisi, setiap tanggal 2 Februari Gereja Katolik merayakan Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah, yang sejak 1997 – oleh mendiang Paus Yohanes Paulus II – ditetapkan juga sebagai Hari Hidup Bakti. Pada 2 Februari 2015 lalu, Paus Fransiskus menetapkan dan memulai Tahun Hidup Bakti yang berakhir pada Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah, 2 Februari tahun ini.

Matridis Keuskupan Maumere – paguyuban biarawan dan biarawati se-Keuskupan Maumere – turut mengambil bagian dalam Tahun Hidup Bakti ini. Sejak ditetapkannya Tahun Hidup Bakti pada 2015 lalu, Matridis sudah menyelenggarakan beberapa kegiatan antara lain perayaan ekaristi pembukaan Tahun Hidup Bakti, live in, seminar, dan ekaristi penutupan Tahun Hidup Bakti .

Hidup Bakti dan Semangat Kerahiman
Sambil merefleksikan kisah Yesus dipersembahkan di Bait Allah dalam Lukas 2:22-32, Mgr Kherubim dalam khotbahnya pertama-tama menekankan arti Tahun Hidup Bakti bagi biarawan dan biarawati. Menurut Mgr Kherubim, Tahun Hidup Bakti merupakan saat berahmat bagi biarawan dan biarawati untuk merenungkan secara lebih mendalam arti hidup bakti yang kini mereka jalani.

“Hal terpenting dari Tahun Hidup Bakti adalah kesempatan merenungkan arti hidup bakti bagi hidup dan panggilan kita sendiri. Apakah kita sudah menjadi lebih sederhana? Apakah pada Tahun Hidup Bakti ini hati kita secara lebih mendalam menghayati makna kaul kemurnian? Apakah tutur kata dan segenap tindakan kita sudah menggambarkan keutamaan diri seorang yang berkaul ketaatan?” gugat Mgr Kherubim.

Mgr Kherubim menyayangkan bahwa selama ini ada segelintir biarawan dan biarawati yang tergoda untuk memamerkan panggilan hidup mereka demi mencari ketenaran pribadi. Padahal, tutur Mgr Kherubim, hidup bakti sejatinya hanya ditujukan untuk kemuliaan Tuhan dan dibuktikan dengan pelayanan kepada sesama.

Selain merefleksikan makna hidup bakti, Mgr Kherubim juga menyinggung Tahun Kerahiman yang dibuka Paus Fransiskus pada Desember 2015 lalu. Mgr Kherubim menegaskan, ada hubungan erat antara Tahun Hidup Bakti dan Tahun Kerahiman.

“Seorang pegiat hidup bakti mesti memiliki semangat kerahiman terhadap orang lain, yang dibuktikan oleh kemurahan hati dan pengabdian yang tulus terhadap sesama. Mengabdi dengan tulus berarti hanya mau memberi saja, tanpa mengharapkan sesuatu dari pihak yang menerima pemberian tersebut. Paus Fransiskus menganjurkan agar pada Tahun Kerahiman ini imam, biarawan dan biarawati, sanggup menunjukkan wajah kerahiman Bapa kepada orang lain,” kata Mgr Kherubim.

“Supaya Kita Makin Bersatu”
Suasana haru pecah pada petang itu ketika Mgr Kherubim mengajak biarawan dan biarawati yang hadir untuk bersama-sama mengucapkan kaul dengan mengikuti formulasi umum yang dimiliki Keuskupan Maumere. Sambil memegang lilin bernyala – sedang di luar gereja hujan lebat mengguyur pepohonan – ratusan biarawan dan biarawati satu suara mengucapkan kaul mereka.

“Keuskupan Maumere memiliki moto Ut Omnes Unum Sint – supaya mereka semua menjadi satu (Yohanes 17:21). Inilah harapan saya setiap kali merayakan peristiwa seperti petang ini, supaya kita makin lama makin bersatu. Pakaian biara dan keutamaan kita memang berbeda, tetapi tujuan kita satu: mengabdi Tuhan dan sesama,” komentar Mgr Kherubim atas momen itu.

Menurut Mgr Kherubim, persatuan itu akan menjadi nyata melalui kesediaan semua tarekat untuk bekerja sama dalam menjalankan karya pelayanan. Masing-masing tarekat hendaknya melihat karya kerasulan sebagai karya bersama, bersedia menolong, tanpa niat untuk menunjukkan tarekat yang satu lebih baik dari tarekat lain.

“Saya harap ambisi untuk menjadi tarekat terbaik tidak ada lagi pada zaman ini. Pada zaman lampau orang masih merasa tersaingi kalau ada tarekat lain hadir dalam wilayah kerja yang sama. Orang merasa itu sebagai pesaing, padahal kita mengabdi dan bekerja pada Tuhan yang sama. Ada tarekat yang menghormati hati-Nya, ada yang menghormati lambung-Nya, ada yang menghormati wajah-Nya; tetapi Yesus, Tuhan, tetap satu dan sama,” imbau Mgr Kherubim.

Meskipun baru berusia sepuluh tahun, Keuskupan Maumere terus mengalami pertumbuhan pesat terkait jumlah tarekat – biarawan dan biarawati – yang datang dan berkarya di keuskupan tersebut. Jumlah tersebut hanya terpaut satu angka dari Keuskupan Ruteng yang saat ini memuncaki jumlah tarekat terbanyak dalam diosesannya. “Uskup senantiasa terbuka terhadap niat baik segenap tarekat yang mau berkarya atau mencari bibit panggilan di keuskupan ini,” demikian prinsip yang ditekankan Mgr Kherubim saat menanggapi permohonan izin mendirikan biara di wilayah keuskupannya.

Aneka Kegiatan Matridis
Ketua Matridis Keuskupan Maumere Frater M. Herman BHK dalam kata sambutannya menyampaikan, selama setahun ini Matridis sudah mengadakan beberapa kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang dijalankan itu berupa perayaan ekaristi pembukaan Tahun Hidup Bakti (2/2/2015), live in (25-26/4/2015), seminar dengan tema “Panggilan Profetis sebagai Jati Diri Hidup Bakti”, dan ekaristi penutupan Tahun Hidup Bakti (2/2/2016).

“Keempat program Matridis ini sudah terselenggara dengan sukses berkat kerja sama kita semua. Kegiatan-kegiatan berlangsung lancar atas peran serta segenap pihak, terutama karena Allah sendirilah yang telah memulai dan mengakhiri semuanya,” kata biarawan tarekat Bunda Hati Kudus (BHK) ini.

Selanjutnya Frater M. Herman BHK mengajak seluruh peserta perayaan untuk mensyukuri campur tangan Allah dan karya rahmat-Nya yang luar biasa dalam seluruh karya perutusan mereka. “Panggilan hidup bakti adalah karunia Tuhan dan pelayanan kasih Allah kepada sesama, mari kita mensyukurinya,” ajaknya.


Kata sambutan Frater M. Herman BHK – ucapan terima kasih, permohonan maaf, dan rencana tindakan pada masa-masa mendatang – berakhir. Ratusan biarawan dan biarawati terpekur dalam doa, mensyukuri rahmat panggilan Tuhan, dan coba merenung lebih dalam arti hidup bakti yang kini sedang mereka jalani. Hujan di atap katedral pun perlahan mereda

Catatan: Terbit edisi cetak di HU FLORES POS pada Rabu (10/2/2016) s/d Kamis (11/2/2016).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Di Rumah Bapa-Ku Banyak Tempat Tinggal” [Renungan Ibadat Kematian]

Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. (Yohanes 14:1-2a) Keluarga yang berduka, Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Yesus ... Air mata akan selalu membasahi pipi, ketika kita mengenang almarhum Bpk. Silvanus Meng Ada. Tak ada yang sanggup membendung duka, tiada yang sanggup menahan derita. Namun air mata kita, hendaknya dimaknai sebagai duka atas kepergian, bukan duka atas kehilangan. Meninggalnya bapak hanyalah tanda kepergian, dan kita akan menyusulnya kelak. Bapak telah meninggalkan kita, meninggalkan rumah ini. Namun di masa mendatang, kita akan bersama-sama bapak lagi, di Rumah Bapa Allah. Bagi kita yang masih hidup, rumah pertama-tama dimaknai sebagai bangunan, tempat kita berdiam. Ada rumah beratap senk, rumah beratap genteng, rumah beratap bambu, rumah beratap alang-alang, rumah beratap rumbia. Ada rumah berdiding tembok, rumah berdinding papan, rumah berdinding pelupuh. Ada...

Susunan Ibadat Tanpa Imam Untuk Hari Minggu Palma (A/1)

A.       PEMBUKAAN DAN PERARAKAN 1.         Nyanyian Pembuka (Untuk membuka ibadat, mempersatukan umat, menyambut tema ibadat,   mengiring masuknya petugas liturgy. Hendaknya dinyayikan bersama). 2.         Tanda Salib Pemandu/Pengantar (P) dari tempat duduknya menandai diri dengan tanda salib; demikian juga umat, sambil berkata: P : Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. U : Amin. 3.         Salam Pembuka Pemandu/Pengantar (P) mengucapkan salam berikut dengan tangan tertutup: P :   Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus selalu bersamamu . U : Dan bersama rohmu. 4.         Kata Pembuka/Tema/Pengantar P :    Saudara-saudari terkas...

Materi Rekoleksi Orang Muda Katolik (OMK) - Renungan II

OMK Paroki St. Yohanes Pemandi Lengko Elar  (Foto: Facebook Fill Wulengsa) Tema: Meneladani Maria – Memberi Diri dan Melayani Tujuan : (1) Mendalami teks Lukas 1:26-38; (2) Menemukan keutamaan-keutamaan dalam diri Perawan Maria; (3) Menerapkan teladan Maria dalam kehidupan sehari-hari. Inspirasi : Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Anak Muda Sedunia XXXIV, Panama, Januari 2019 dan Injil Lukas 1:26-38. PENGHUBUNG: Ada sebuah kesamaan yang menghubungkan Maria (saat ia mendapat kabar gembira) dengan kaum muda yaitu sama-sama orang muda. Ketika pertama kali mendapat panggilan Allah, Maria diperkirakan masih berusia 16 tahun. Dalam OMK, Maria tergolong kelompok taruna. JAWABAN MARIA: Saat mendapat kabar dari malaikat Gabriel, Maria dengan yakin menjawab: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba TUHAN; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” ( ay. 38). Jawaban Maria adalah sebuah “YA” yang berani dan murah hati. Sebuah jawaban YA dari seseorang anak muda yang telah memahami ra...