Kapel Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero (Foto: Seminariledalero.org) |
Teman-teman,
bagi kalian yang belum pernah merasakan kehidupan di seminari, momen-momen
tertentu yang terjadi di sana tentu bikin penasaran. Lingkungan seminari yang
agak terpisah dari umat awam kadang membatasi pengetahuan kalian. Apalagi jika kompleks
seminari dikelilingi pagar tembok yang tinggi-tinggi, plus ada anjing galaknya
juga, oleee aeh....
Eram Lengko Elar (ELE) ingin
mengulas banyak hal tentang kehidupan di seminari. Namun berhubung sekarang
lagi ramai-ramainya orang berkisah tentang Natal, ELE juga akan membatasi kisah pada perayaan Natal itu saja. Natal
di seminari, waoww.... Makin penasaran
kan bagaimana para seminaris merayakan peristiwa kelahiran Yesus Kristus ke
dunia?
Dari
sekian banyak seminari di Indonesia, ELE secara
khusus mengajak kalian mengintip 7 fakta perayaan Natal di Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, Maumere, Flores. Itu kha
lembaga formasi tempat para calon imam misionaris SVD dibina, sebelum akhirnya
diutus ke seluruh penjuru dunia. Mai ga,
kita intip anak-anak Santo Arnoldus Janssen ini merayakan Natal ...
1. Hanya Satu Imam yang Bertugas Merayakan
Ekaristi di Ledalero
Komunitas
Ledalero merupakan Komunitas SVD dengan jumlah anggota terbanyak di dunia.
Anggota komunitas ini terdiri dari para frater, imam-bruder aktif, dan imam-bruder
purnabakti. Terkait para imam, kalian
akan menemukan puluhan imam berkarya di Ledalero. Atas dasar itu, mungkin ada
di antara kalian yang mengira perayaan Natal di Ledalero dihadiri banyak imam. Ternyata,
faktanya tidak demikian.
Hanya
satu imam yang bertugas di Kapel Agung Ledalero sepanjang perayaan Natal. Imam-imam
yang lain diutus komunitas untuk melayani umat di paroki-paroki. Dan biasanya,
sesampai di paroki, mereka diutus lagi ke stasi-stasi pedalaman, dengan medan
yang sangat sulit. Perutusan ini diterima dengan suka hati, sebab seorang SVD memang
dipanggil dan diutus untuk merintis pelayanan di daerah misi yang sulit.
2.
Kor
dan Liturgi Ditanggung Masing-Masing Unit Frater
Lantaran
memiliki anggota yang sangat banyak, para frater di Komunitas Ledalero
dipecah-pecahkan lagi atas tujuh unit. Unit Gabriel dan Mikhael untuk frater
Tingkat I;
Unit Fransiskus Xaverius untuk Probanis (sebutan bagi para frater yang sedang mempersiapkan diri untuk mengikrarkan Kaul Kekal); dan Unit Yosef Frainademetz, Unit Agustinus, Unit Rafael serta Unit Arnoldus Janssen untuk frater Tingkat II sampai Tingkat VI.
Unit Fransiskus Xaverius untuk Probanis (sebutan bagi para frater yang sedang mempersiapkan diri untuk mengikrarkan Kaul Kekal); dan Unit Yosef Frainademetz, Unit Agustinus, Unit Rafael serta Unit Arnoldus Janssen untuk frater Tingkat II sampai Tingkat VI.
Bila
di paroki-paroki tanggungan kor dan liturgi dibagi kepada stasi atau KUB, di
Ledalero pembagian tugas tersebut dipercayakan ke masing-masing unit. Hampir
pasti, kor dan liturgi ini dipersiapkan matang-matang oleh masing-masing unit.
Selain sebagai tanda bakti kepada Tuhan, persiapan ini juga bertujuan
mengantisipasi terjadinya kesalahan-kesalahan. Sebab sekali berbuat salah, anggota
unit bersangkutan akan menjadi bahan olokan sepanjang tahun.
3.
Umat
Awam Boleh Merayakan Natal di Ledalero
Umat
awam merayakan Natal di Ledalero, apa boleh? Boleh kha. Seminari Tinggi Ledalero sangat terbuka terhadap siapa saja
yang ingin merayakan Natal di sana. Syaratnya, kalian harus mengetahui jadwal
perayaan ekaristi di sana. Sebab, perayaan ekaristi di Ledalero selalu dimulai
tepat waktu, tidak dimajukan apalagi ditarik-ulur.
Jika
kalian tanpa sengaja datang terlambat, sekurang-kurangnya mental kalian sekeras
baja. Apalagi jika kamu terlahir sebagai seorang perempuan. Sebab, jika kalian
masuk terlambat, ratusan pasang mata pemuda ganteng sejagat raya akan
memandangmu penuh rasa ingin tahu. Bisa dibayang kan, kalian masuk dengan
sepatu high heels, yang bunyinya tok
tak tok tak, dan mata semua orang dalam kapel tertuju padamu? Mori ampong ....
4. Kandang Natal Mengusung Tema Tertentu
Salah
satu ornamen yang tidak bisa dipisahkan dari perayaan Natal adalah kandang
tempat kelahiran bayi Yesus. Di Ledalero, kandang Natal yang dibuat para frater
bukan sekadar kandang.
Mereka selalu mengusung tema-tema tertentu sesuai fokus
karya misi SVD atau isu-isu global yang sedang berkembang di tengah masyarakat.
Natal
tahun 2015 lalu misalnya, para frater membuat kandang Natal dengan tema daur
ulang sampah. Tahun 2016, mereka mengusung tema human trafficking dan HIV/AIDS. Sedangkan tahun 2017 ini, mereka
mendesain kandang Natal dengan tema kebhinekaan. Nah, bagi kalian yang belum
mengerti apa makna hidup damai di tengah keanekaragaman, mari merayakan Natal
di Ledalero.
5.
Selain
Uang Saku, Ada Tambahan Dana Melalui THR
Setiap
bulan, para frater menerima sejumlah uang saku dari ekonom seminari. Meski
jumlahnya terbatas, uang tersebut dapat dipakai untuk membeli kebutuhan harian
para frater. Ketika perayaan Natal tiba, para frater mendapat tambahan dana
melalui semacam Tunjangan Hari Raya (THR). Jumlahnya bisa naik 50 persen dari
uang saku bulanan, bisa juga 75 persen, atau ..., kalau lagi rezeki, 100
persen.
Jadwal
penerimaan uang THR ini senantiasa ditunggu-tunggu sejak sepekan terakhir menjelang
Natal tiba. Pada hari-hari ini, bendahara unit mesti membiasakan diri dengan
pertanyaan “uang te-ha-er su ada?” .
Sebab pertanyaan tersebut akan terus terlontar sejak bangun pagi hingga tidur
kembali pada malamnya. Bahkan, pada hari-hari terakhir tersebut nama asli
bendahara unit diganti dengan THR. Bila ia pergi sekejap saja dari komunitas,
orang akan ramai-ramai bertanya: “Te-ha-er
ke mana?”
6. Karyawati Menikmati Liburan,
Frater-Frater Masak Sendiri
Di
Ledalero ada pembagian tugas masak antara karyawati dengan para frater.
Karyawati bertugas pada pagi dan siang hari, sedangkan para frater mengambil
alih tugas masak pada sore-malam hari. Setiap hari Minggu atau hari libur,
petugas masak seluruhnya ditangani para frater, karyawati menikmati liburan.
Pada
saat Natal, para karyawati juga diberi kesempatan liburan. Dengan demikian,
para frater berbagi tugas untuk mengolah dan mempersiapkan makanan dari pagi
hingga malam hari. Ketika sekelompok frater bertugas masak, frater-frater yang
lain menunggu dalam ketidakpastian. Menunggu menu dihidangkan sama halnya
dengan menunggu hasil judi: bisa menggembirakan, bisa menyakitkan; bisa enak,
bisa juga hangus berantakan.
7.
Tidak
Ada Pakaian Baru Saat Natal
Bagi
kebanyakan orang, perayaan Natal senantiasa identik dengan baju, celana, sepatu
- pakaian baru. Bahkan ada yang menabung sebagian pendapatannya demi
mendapatkan pakaian baru saat Natal tiba. Hal seperti ini sangat jarang kalian
temukan di Ledalero. Tidak ada pakaian baru saat Natal.
Alasan
yang paling pertama adalah setiap perayaan ekaristi, para frater wajib
mengenakan jubah putih. Jadi percuma kan punya baju atau celana baru, toh yang
dipakai saat ekaristi ya jubah yang itu itu juga. Kedua, hidung para frater
sangat sensistif terhadap aroma pakaian baru. Ketika seseorang mengenakan
pakaian baru, dia akan terus mendapat komentar “new oowh...” dari teman-temannya.
Beberapa
jawaban yang sedikit membantu ketika berhadapan dengan situasi ini antara lain,
“baju lama, cuma baru pertama kali dipakai”,
atau “kiriman dari kenalan di Jogja”,
atau “warisan dari opa yang baru saja
meninggal”. Namun jawaban-jawaban itu tetap saja tidak banyak membantu. Hal
yang dapat dilakukan hanyalah tersenyum dan berdiam diri, semoga pengadilan
terbuka tersebut cepat-cepat berlalu.
* * *
Demikian
teman-teman, 7 fakta perayaan Natal di Ledalero versi ELE. Kisah-kisah ini tentu akan jauh lebih menarik jika kalian
datang dan merasakan sendiri indahnya Natal di Seminari Tinggi Ledalero.
Akhirnya, Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan di hati kalian. Teruslah
berkunjung ke blog ini dan nikmati coretan-coretan lepas saya. Salam Natal dari
Ledalero.
Komentar
Posting Komentar