Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

[Fragmen Natal] Bangkitlah, Terangmu Datang

OLEH YOVAN RANTE   …. (Pentas dibuka dengan instrument Adven ‘Datanglah Tuhan, Datanglah.’ Instrument bisa menggunakan alat musik yang ada, tetapi menjadi lebih baik jika menggunakan suling bambu. Instrument dibunyikan bersamaan Narator membacakan komentar awal)…. Komentar Awal:      Nyanyian jiwa mengalun sendu, tatkala kenangan kejayaan zaman lampau bersanding dengan rintihan ketertindasan yang datang silih berganti. Ratap tangis pun membahana semakin menyayat jiwa tatkala penjajahan Romawi melumpuhkan bangsa Israel dalam segala-galanya. Nubuat para nabi akan datangnya Sang Mesias menjadi satu-satunya harapan yang senantiasa bergelora. Serigala bersama domba, macan tutul di samping kambing, anak lembu dan anak singa bermain bersama, lembu dan beruang akan makan rumput, merupakan sejumput kerinduan dalam hati setiap insan tertindas. Maka Allah menaruh belaskasihan atas umat-Nya, Ia menepati janji-Nya tepat pada masa pemerintahan Kaisar Agustus. ...

[Celoteh] Papa Kami

OLEH YOVAN RANTE Papa k ami yang ada di Malaysia Abadilah namamu Datanglah ke rumah anak istrimu Jadikan makmur rumah tanggamu Di rumah ini seperti di Malaysia               Berilah kami nasi dan ikan Teri tepat pada waktunya Dan maafkanlah kenakalan kami Seperti kami pun memaafkan si Boni tetangga kami (yang selalu bilang bahwa Papa sudah kawin lagi) Dan janganlah kembalikan mama dan kami ke rumah nenek Tetapi bebaskanlah kami dari gosip seisi kampung ini ... Terima kasih

[Refleksi] Pantai Koka dan Tagihan Angker

OLEH YOVAN RANTE Orang bilang, kalau hatimu sedang susah dan pikiranmu kacau, pergilah bertamasya ke pantai. Ombak dan karang akan pecahkan perkaramu, elang-elang laut merampas pergi segala masalahmu. Unggas-unggas liar menggantung dukamu pada tebing terjal di ujung laut, tiada terjangkau. Seiring musim berganti, gundah hatimu pun turut layu di sana, bersama perdu-perdu berduri. Aku kenal sebuah pantai berpasir putih, dengan embusan angin yang manjakan tubuh. Bila engkau lupa minum kopi, tubuhmu kan segera terkulai ke pasir, bersarungkan angin, sesaat setelah kau pijakkan kaki di pantai itu.  Yang kumaksudkan adalah Koka, sebuah pantai dengan liukkan ujung arus yang indah gemulai. Ombaknya menarikan Gawi, meresap alunan Nggo Lamba, dentang lonceng dan lantunan adzan subuh dari kampung di pesisir jauh. Ketika  engkau di Pantai Koka, separuh jiwamu telah memijak surga, memeluk Tuhan. Dulu, penduduk sekitar menganggap Koka pantai yang angker, ada penunggunya. Itu...