Langsung ke konten utama

[Sajak] Hujan Malam Ini Tak Lagi Seromantis Dulu



OLEH YOVAN RANTE

Hujan malam ini tak lagi seromantis dulu, tak ada pelukan, tak ada kecupan hangat di kening. Hati kita semakin merenggang, menanggung dingin ini sendiri-sendiri.

Dulu, di bawah hujan, selalu aku ciptakan sepenggal lirik puisi untukmu. Membuat senyum manis rekah pada bibirmu, persis 3.5 centimeter di bawah sinar sayu bundar matamu.

Lantas sesudahnya, buku-buku kita berserakan, ilmu-ilmunya berhamburan ke segala tempat. Namun, tak satu pun kata menjangkau kepala kita. Sebab kita lebih memilih berpelukan dekat jendela, memandang hujan hingga lewat tengah malam.

Kita pun sama-sama menyusun mimpi, tentang hujan deras pada suatu malam di masa depan. Atap rumah yang kokoh, dinding kayu tanpa jejak lintah, dan selimut renda-renda yang menjuntai hingga ujung telapak kaki kita.

Pada malam di masa depan itu, kita akan lebih cepat menuju pembaringan, lekas sesudah menyantap kuah ikan kegemaran kita. Pertama-tama untuk meninabobokan putra putri kita. Urutan berikutnya, meninabobokan satu sama lain di antara kita.

Haeeeh.

Namun, hujan malam ini tak lagi seromantis dulu, tak ada pelukan, tak ada kecupan hangat di kening. Bahkan sebenarnya, hujan malam ini tak seperti malam yang pernah kita impikan.

Putra putri kita sudah lama terlelap, tubuh mereka menggigil berebutan sarung-sarung kumal. Bukan karena kantuk, bukan pula karena ingin bermimpi, tetapi karena terlampau lelah menahan lapar.

Tiris hujan satu demi satu merembes masuk lewati celah pada atap rumah kita.  Mangkuk-mangkuk putih tak cukup lagi menampung setiap rintiknya. Angin dari pegunungan mengayun-ayun pintu, membantingnya ke sana, membantingnya ke sini.

Bara api pada tungku batu di dapur kita telah lama padam. Hangatnya telah sirna,  yang tersisa hanyalah asap kelabu, mengisi setiap ruang pada hati kita. Lentera di dinding kamar pun mulai pudar cahaya, minyak tak sanggup lagi basahi ujung sumbunya.

Kemudian, dua tiga butir air menetes dari kelopak mata kita. Sedangkan kita masih saling memandang, tanpa gairah meninabobokan satu sama lain, seperti mimpi-mimpi kita dulu.

Meski tanpa kata, bundar mata kita sebenarnya sedang membincangkan penyesalan. Tentang buku-buku berserakan yang tak pernah kita baca isinya, tentang waktu yang terbuang hanya demi menulis puisi-puisi cinta, tentang perkawinan kita  pada usia yang masih terlalu belia.

Hujan di luar jendela semakin deras, tetapi kita belum juga beranjak ke pembaringan. Hati kita rupanya sedang sama-sama berdoa: semoga tak ada lagi pasangan remaja yang mengikuti jejak gegabah kita.

(Paviliun Aloysius, 31.01.2017. Peringatan St. Yohanes Don Bosco, Bapa dan Pendidik Kaum Muda) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Di Rumah Bapa-Ku Banyak Tempat Tinggal” [Renungan Ibadat Kematian]

Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. (Yohanes 14:1-2a) Keluarga yang berduka, Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Yesus ... Air mata akan selalu membasahi pipi, ketika kita mengenang almarhum Bpk. Silvanus Meng Ada. Tak ada yang sanggup membendung duka, tiada yang sanggup menahan derita. Namun air mata kita, hendaknya dimaknai sebagai duka atas kepergian, bukan duka atas kehilangan. Meninggalnya bapak hanyalah tanda kepergian, dan kita akan menyusulnya kelak. Bapak telah meninggalkan kita, meninggalkan rumah ini. Namun di masa mendatang, kita akan bersama-sama bapak lagi, di Rumah Bapa Allah. Bagi kita yang masih hidup, rumah pertama-tama dimaknai sebagai bangunan, tempat kita berdiam. Ada rumah beratap senk, rumah beratap genteng, rumah beratap bambu, rumah beratap alang-alang, rumah beratap rumbia. Ada rumah berdiding tembok, rumah berdinding papan, rumah berdinding pelupuh. Ada...

Materi Rekoleksi Orang Muda Katolik (OMK) - Renungan II

OMK Paroki St. Yohanes Pemandi Lengko Elar  (Foto: Facebook Fill Wulengsa) Tema: Meneladani Maria – Memberi Diri dan Melayani Tujuan : (1) Mendalami teks Lukas 1:26-38; (2) Menemukan keutamaan-keutamaan dalam diri Perawan Maria; (3) Menerapkan teladan Maria dalam kehidupan sehari-hari. Inspirasi : Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Anak Muda Sedunia XXXIV, Panama, Januari 2019 dan Injil Lukas 1:26-38. PENGHUBUNG: Ada sebuah kesamaan yang menghubungkan Maria (saat ia mendapat kabar gembira) dengan kaum muda yaitu sama-sama orang muda. Ketika pertama kali mendapat panggilan Allah, Maria diperkirakan masih berusia 16 tahun. Dalam OMK, Maria tergolong kelompok taruna. JAWABAN MARIA: Saat mendapat kabar dari malaikat Gabriel, Maria dengan yakin menjawab: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba TUHAN; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” ( ay. 38). Jawaban Maria adalah sebuah “YA” yang berani dan murah hati. Sebuah jawaban YA dari seseorang anak muda yang telah memahami ra...

Susunan Ibadat Tanpa Imam Untuk Hari Minggu Palma (A/1)

A.       PEMBUKAAN DAN PERARAKAN 1.         Nyanyian Pembuka (Untuk membuka ibadat, mempersatukan umat, menyambut tema ibadat,   mengiring masuknya petugas liturgy. Hendaknya dinyayikan bersama). 2.         Tanda Salib Pemandu/Pengantar (P) dari tempat duduknya menandai diri dengan tanda salib; demikian juga umat, sambil berkata: P : Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. U : Amin. 3.         Salam Pembuka Pemandu/Pengantar (P) mengucapkan salam berikut dengan tangan tertutup: P :   Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus selalu bersamamu . U : Dan bersama rohmu. 4.         Kata Pembuka/Tema/Pengantar P :    Saudara-saudari terkas...