Langsung ke konten utama

[Renungan St Yosef Freinademetz] Salib: Rezeki Sehari-hari para Misionaris


OLEH YOVAN RANTE
2Kor 4:1-12
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus ...
Pada suatu siang yang terik, ketika sang surya tegak di atas ubun-ubun, Saulus, dengan hati berkobar-kobar, bergegas menuju Kota Damsyik, untuk memburu dan membantai para pengikut Jalan Tuhan. Kuda tunggangannya dipacu cepat-cepat, pedang panjang tergantung di pinggangnya, sedang para pengikutnya mengikuti dia, juga dengan misi yang sama: memburu semua orang yang mengakui Yesus sebagai Tuhan.
Namun di gerbang Damsyik, sebelum masuk kota, sebelum pedang terhunus, sebelum darah tertumpah, sebelum tulang-tulang remuk dan patah, Tuhan datang menyongsong Saulus. Cahaya Tuhan memancar dari langit mengitari tubuh Saulus, lebih terang dari matahari, lebih hangat dari api, membakar tuntas hasrat menganiaya dalam diri Saulus.
Di gerbang Kota Damsyik, tubuh Saulus yang sebelumnya perkasa, diempas Tuhan sampai ke debu. Di gerbang Kota Damsyik, kepala berkalung sorban yang sebelumnya tegak mengusung hukum-hukum Taurat, diempas Tuhan sampai ke debu. Di gerbang Kota Damsyik, hati yang sebelumnya keras bagai batu, diempas Tuhan sampai ke debu.
Gerbang Kota Damsyik, menjelma menjadi ujung jalan, tempat segala sikap dan komitmen masa lalu Saulus harus ditinggalkan. Kasih Tuhan telah terlebih dahulu menyambut dan merangkulnya, dan Saulus memulai sebuah misi baru, misi mewartakan kasih dan kebenaran Injil, bersama Tuhan.
Gerbang Kota Damsyik bagaikan gerbang api, tempat segala dosa dipulihkan, tempat segala salah disucikan, tempat jiwa dan raga diubah menjadi baru. Saulus diubah menjadi Paulus, sang penganiaya diubah menjadi kekasih Tuhan.


Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus ...
Kesadaran akan besarnya kasih Allah, telah sungguh-sungguh menginspirasi keseluruhan karya pewartaan Paulus. Paulus sadar, bahwa hanya karna belaskasihan Allah-lah dirinya memperoleh karunia agung mewartakan Injil Tuhan.
Oleh karena itu, seperti tertulis pada bagian awal bacaan tadi, Paulus secara tegas menyatakan “hanya karena kemurahan Allah-lah, kami menerima (tugas) pelayanan sebagai rasul”. Paulus, seperti kita baca dalam surat-suratnya, berulang kali menegaskan bahwa panggilan hidupnya untuk mewartakan Injil merupakan rahmat istimewa dari Tuhan.
(Dan) kita tahu saudara-saudara, keyakinan Paulus akan besarnya rahmat Allah ini, telah memampukan Dia untuk selalu mengandalkan Tuhan dan teguh bertahan ketika menghadapi aneka penganiayaan, penghinaan, penolakan dan penderitaan. Ia senantiasa yakin, (bahwa) semakin dirinya teraniaya, semakin besar pula campur tangan Tuhan; semakin berat salib yang dipikulnya, semakin besar pula nikmat yang diberikan Tuhan atas jiwa dan raganya.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus ...
Sebelum kisah Paulus menginspirasi kita, kisah yang sama juga telah terlebih dahulu menyapa saudara sulung kita seserikat, St. Yosef Freinademetz. Perjalanan hidupnya sejak dilahirkan di Oies, Tirol Selatan, hingga meninggal akibat penyakit typhus di Taikia, Shantung Selatan, adalah sebuah narasi indah tentang panggilan Tuhan dan salib derita yang mesti ditanggungnya sebagai seorang imam misionaris SVD.
Seperti Paulus, St. Yosef Freinademetz diubah Tuhan dari seorang pribadi yang terlampau kaku dengan superioritas bangsa Eropa, menjadi seseorang yang yakin bahwa kebenaran dan wahyu Tuhan juga diturunkan atas bangsa-bangsa di Asia. St. Yosef dianugerahi rahmat kesadaran bahwa pengalaman akan Tuhan bukan saja diterima orang-orang berkulit putih di Eropa, tetapi juga oleh sesama saudara yang sangat dicintainya, nun jauh di tanah China.
Seperti Paulus, rasa syukur atas rahmat Allah ini ditunjukkan St. Yosef lewat kesediaannya untuk menanggung penderitaan, memikul salib sejak turun perahu dan menapakkan kaki untuk pertama kalinya di daratan China, sampai akhir karya misinya di sana.
Bagi St. Yosef Freinademetz, unsur penting dari iman semua orang yang menyatakan diri sebagai pengikut Yesus adalah kesediaan untuk memikul salib, menanggung penderitaan. Sebab hanya melalui salib itulah, kuasa Tuhan benar-benar dialirkan ke atas mereka yang mengimani-Nya.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus ...
Seperti St. Paulus dan St. Yosef Freinademetz, kita, yang pada malam ini hadir di sini, juga punya kisah masing-masing tentang panggilan hidup kita. Kita semua, tentu punya kenangan akan hari di mana Tuhan mempertemukan kita dengan Diri-Nya.
Baiklah kita kenangkan lagi kisah panggilan itu, agar kita tidak telanjur lupa pada rasa bahagia yang pernah kita alami saat pertama kali menapaki jalan panggilan ini. Kita kenangkan lagi motivasi awal kita, tentang rasa rindu kita untuk menjadi calon imam Tuhan.
Dengan menghidupkan kembali kenangan-kenangan itu, hemat saya, kita akan dibantu untuk menyalakan kembali gairah cinta kita terhadap panggilan hidup. Kita akan dibantu untuk membenahi diri, menjalankan aturan-aturan bersama di biara ini secara lebih bersungguh-sungguh lagi.
Malam ini, kita juga diingatkan untuk lebih setia memikul salib-salib kecil kita, sambil terus mengantisipasi dilimpahkannya salib lain yang jauh lebih besar dan berat.
Salib-salib kecil yang mesti kita pikul itu mulai dari hal-hal sederhana antara lain komitmen untuk bangun pagi tepat waktu, kesadaran untuk mencuci alat-alat makan, menampi beras dan mengambil air. Kita juga perlu bertanggung jawab untuk memimpin ibadat pagi, bersedia mengikuti latihan nyanyi meskipun kita tidak suka nyanyi, bertanggung jawab mengganti barang-barang milik bersama yang sudah kita rusakkan, dan lain-lain.
Hal-hal sederhana ini menjadi semodel latihan bagi kita untuk menghadapi salib yang lebih besar, yang kelak akan diberikan kepada kita.
Ada begitu banyak model salib yang lebih besar itu, saya menyebut dua di antaranya. Pertama, tantangan kemajuan zaman, yang mana masyarakat dunia saat ini semakin sekular, masyarakat yang tidak memiliki cukup alasan untuk mengimani Allah. Kehadiran kita di tengah konteks masyarakat seperti ini mungkin tidak diterima, apalagi dirindukan.
Kedua, semakin ruwetnya persoalan masyarakat yaitu tumbuh kembangnya semangat individualisme (setiap orang hanya hidup untuk dirinya sendiri), radikalisme agama (menganggap ajaran agamanya yang paling benar dan mulai membantai penganut agama lain), narkoba (yang semakin merajalela), HIV dan AIDS (baik penyebarannya yang semakin meluas maupun perlakuan yang tidak manusiawi terhadap para penyintasnya), perdagangan manusia, ketidakadilan hukum dan lain-lain.
Dengan menyatakan kesediaan dan komitmen menjadi pengikut Yesus, serentak berarti, kita menyerahkan pundak kita untuk memikul salib menghadapi persoalan-persoalan ini.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus ...
Pada bagian akhir renungan ini, saya mengajak saudara-saudara dan diri saya sendiri, untuk menaikkan ucap syukur kepada Tuhan, atas rahmat panggilan yang sudah kita terima. Rasa syukur ini akan membantu kita untuk menyadari betapa luhurnya panggilan hidup kita, meneguhkan komitmen panggilan kita, entah apapun halangannya.
Saya juga mengajak saudara-saudara sekalian untuk tetap setia memikul salib hidup kita masing-masing, tak peduli apapun godaan dan rintangannya, meski seisi dunia menganiaya dan menertawakan kita.
Kenangkanlah bahwa jauh sebelum kita, Tuhan Yesus, St. Paulus dan St. Yosef Freinademetz sudah terlebih dahulu memikul salib, persis pada jalan yang sedang kita tapaki kini.
Amin. 

(Pernah dibawakan di Kapel Unit St. Agustinus, Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero)            

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Di Rumah Bapa-Ku Banyak Tempat Tinggal” [Renungan Ibadat Kematian]

Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. (Yohanes 14:1-2a) Keluarga yang berduka, Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Yesus ... Air mata akan selalu membasahi pipi, ketika kita mengenang almarhum Bpk. Silvanus Meng Ada. Tak ada yang sanggup membendung duka, tiada yang sanggup menahan derita. Namun air mata kita, hendaknya dimaknai sebagai duka atas kepergian, bukan duka atas kehilangan. Meninggalnya bapak hanyalah tanda kepergian, dan kita akan menyusulnya kelak. Bapak telah meninggalkan kita, meninggalkan rumah ini. Namun di masa mendatang, kita akan bersama-sama bapak lagi, di Rumah Bapa Allah. Bagi kita yang masih hidup, rumah pertama-tama dimaknai sebagai bangunan, tempat kita berdiam. Ada rumah beratap senk, rumah beratap genteng, rumah beratap bambu, rumah beratap alang-alang, rumah beratap rumbia. Ada rumah berdiding tembok, rumah berdinding papan, rumah berdinding pelupuh. Ada...

Materi Rekoleksi Orang Muda Katolik (OMK) - Renungan II

OMK Paroki St. Yohanes Pemandi Lengko Elar  (Foto: Facebook Fill Wulengsa) Tema: Meneladani Maria – Memberi Diri dan Melayani Tujuan : (1) Mendalami teks Lukas 1:26-38; (2) Menemukan keutamaan-keutamaan dalam diri Perawan Maria; (3) Menerapkan teladan Maria dalam kehidupan sehari-hari. Inspirasi : Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Anak Muda Sedunia XXXIV, Panama, Januari 2019 dan Injil Lukas 1:26-38. PENGHUBUNG: Ada sebuah kesamaan yang menghubungkan Maria (saat ia mendapat kabar gembira) dengan kaum muda yaitu sama-sama orang muda. Ketika pertama kali mendapat panggilan Allah, Maria diperkirakan masih berusia 16 tahun. Dalam OMK, Maria tergolong kelompok taruna. JAWABAN MARIA: Saat mendapat kabar dari malaikat Gabriel, Maria dengan yakin menjawab: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba TUHAN; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” ( ay. 38). Jawaban Maria adalah sebuah “YA” yang berani dan murah hati. Sebuah jawaban YA dari seseorang anak muda yang telah memahami ra...

Susunan Ibadat Tanpa Imam Untuk Hari Minggu Palma (A/1)

A.       PEMBUKAAN DAN PERARAKAN 1.         Nyanyian Pembuka (Untuk membuka ibadat, mempersatukan umat, menyambut tema ibadat,   mengiring masuknya petugas liturgy. Hendaknya dinyayikan bersama). 2.         Tanda Salib Pemandu/Pengantar (P) dari tempat duduknya menandai diri dengan tanda salib; demikian juga umat, sambil berkata: P : Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. U : Amin. 3.         Salam Pembuka Pemandu/Pengantar (P) mengucapkan salam berikut dengan tangan tertutup: P :   Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus selalu bersamamu . U : Dan bersama rohmu. 4.         Kata Pembuka/Tema/Pengantar P :    Saudara-saudari terkas...