Rabu petang, dua hari menjelang
Natal 2015, air muka Pater Laurens Kuil SVD, Pastor Kepala Paroki St Yohanes Pemandi
Lengko Elar, Keuskupan Ruteng, Kabupaten Manggarai Timur, tampak berseri-seri. Dengan
mata berkaca-kaca digenggamnya tangan Sebas Nekong dan Marsel Hamis, rekan
sekerjanya pada struktur kepanitiaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH)/Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Wae Laban Paroki St
Yohanes Pemandi Lengko Elar. “Perjuangan kita hampir mencapai puncak; mari kita
mensyukuri cahaya yang kini berpijar menyinari langit dan lorong Lengko Elar,” katanya.
Bagi pastor dan umat Lengko Elar,
petang di ujung Desember itu memang agak berbeda dengan petang-petang lain
sepanjang 2015. Betapa tidak, setelah sekian tahun bergulat dengan kegelapan
malam tanpa cahaya listrik, dan kalaupun ada itu hanya mengandalkan mesin genset
(generator set) pribadi, petang itu riwayat
ketersediaan listrik dimulai. Dengan memanfaatkan arus sungai Wae Laban, sekira
15 Km arah utara Pastoran Paroki Lengko Elar, daya listrik berkekuatan 200 KW itu
tiba di rumah pastoran dan siap disalurkan ke kediaman umat.
Bermula
dari Keprihatinan
Pater Laurens Kuil SVD, ketika
ditemui di rumah pastoran pada Senin (28/12/2015) malam, mengisahkan
pembangunan PLTMH ini bermula dari keprihatinan pihaknya akan besarnya
pengeluaran umat Paroki Lengko Elar terkait pemenuhan kebutuhan akan listrik. Selain
- tentu saja - karena mayoritas umat berpenghasilan menengah ke bawah sama
sekali belum menikmati listrik, inisiatif sebagian kecil umat ekonomi atas untuk
mendatangkan genset pribadi dinilai “terlalu nekat” dan terkesan “memaksakan
kemampuan”, sebab sangat merugikan perekonomian keluarga.
“Merujuk pada data yang kami
kumpulkan sejak akhir 2013, sekurang-kurangnya terdapat 50 unit genset berbahan
bakar solar di wilayah Lengko Elar. Dengan pengandaian setiap malam genset-genset ini menghabiskan 3
liter solar dan harga per liternya Rp10.000,00, maka total pengeluaran selama
semalam adalah Rp30.000,00. Berdasarkan perhitungan ini, pengeluaran dalam
sebulan sebesar Rp900.000,00 dan setahun Rp10.800.000,00; suatu angka
pengeluaran yang sangat fantastis,” jelas pastor kelahiran Kefamenanu - TTU itu.
Pater Laurens kemudian
mengisahkan, saat menyadari betapa besarnya angka pengeluaran tersebut, sejak
awal Januari 2014, dirinya bersama tokoh-tokoh umat Lengko Elar mulai berdiskusi,
guna mencari solusi terbaik berkenaan dengan ketersediaan listrik di paroki tersebut.
Dari beberapa diskusi yang dihadiri oleh tokoh umat - di antaranya Sebas
Nekong, Marsel Hamis, Yosef Gerson, Yakob Abut, Kanis Japung, Adolf Poni, Ignas
Danas, Dami Bagus, dan Nadus Kawur - akhirnya disepakati bahwa umat Paroki
Lengko Elar, dengan dana swadaya, akan bergotong-royong membangun PLTMH.
“Berkenaan dengan rencana
pembangunan PLTMH ini, orang yang sudah kami hubungi dan mintai penjelasannya
sejak awal adalah Romo Marsel Hasan Pr, Pastor Kepala Paroki Beamuring,
Keuskupan Ruteng, yang sudah lama berkiprah pada bidang PLTMH. Terhitung sejak
awal Februari 2014, bersama Budi Yuwono, pengusaha yang membidangi PLTMH, Romo
Marsel mulai mengadakan sosialisasi dan survei lokasi, yang pada akhirnya kami
sepakati bersama bahwa lokasi terbaik untuk pembangunan PLTMH adalah Lengko
Mutu, Wae Laban,” kisah pastor yang pernah berkarya di Paroki Werang, Kabupaten
Manggarai Barat itu.
Bak gayung bersambut, kabar
gembira wacana pembangunan PLTMH yang didiskusikan pada tataran pastor dan para
tokoh itu selanjutnya berkembang cepat di kalangan umat berupa pendaftaran
pelanggan dan pengumpulan dana swadaya. Dalam rentang waktu satu minggu (7-14/2/2014),
total 150 keluarga secara resmi mendaftarkan diri menjadi pelanggan dengan
ketentuan bersedia turun ke lokasi pembangunan dan bekerja secara gotong royong,
menyicil uang muka sebesar Rp2.500.000,00; membiayai pengadaan dan pengangkutan
1.200 zak semen; membiayai pengadaan mesin turbin, besi beton, kawat bronjong,
kabel, batu dan pasir; serta siap membayar iuran bulanan sebesar Rp150.000,00.
“Berkat rahmat Tuhan, kerja sama
umat dan sokongan dana dari penderma – Pemkab Manggarai Timur, anggota DPRD
Manggarai Timur asal Lengko Elar, pengusaha dan putra-putri Lengko Elar di
perantauan –pembangunan PLTMH ini pun dimulai sejak 3 Maret 2014. Pembangunan tersebut
berupa pengerjaan bendungan, saluran air, bak penenang, jalur pipa turbin, rumah
turbin, dan pemasangan kabel. Syukur kepada Tuhan, hasil kerja keras itu telah
hadir berupa arus listrik di rumah pastor dan siap dibagikan kepada umat Paroki
Lengko Elar,” jelas Pater Laurens.
Kekuatan
Iman dan Gotong Royong
Sejak pertama kali ditaburkan,
ide pembangunan PLTMH di Paroki Lengko Elar menuai pendapat pro dan kontra,
baik dari umat setempat maupun dari kelompok masyarakat lain di Kabupaten
Manggarai Timur. Bagi kelompok pendukung PLTMH, pembangunan tersebut merupakan
sebentuk “angin segar” dan “cahaya pengharapan” bagi kemajuan ekonomi dan
kesejahteraan hidup umat. Sedangkan bagi kelompok yang lain, pembangunan
tersebut justru dipandang secara pesimis dan diyakini tidak akan berhasil.
“Melampaui segala rasa pesimis dari
sekelompok umat, kami memulai pembangunan PLTMH ini dengan bermodalkan iman
akan pertolongan Allah dan semangat gotong royong. Dan ternyata benar, dua
kekuatan ini sanggup menolong kami mengatasi segala macam kesulitan, terutama
kesulitan dana,” kata Pater Laurens.
Keragu-raguan akan suksesnya
pembangunan PLTMH yang dilontarkan oleh sekelompok umat ini boleh jadi benar
adanya. Pengalaman buruk akan tersendat-sendatnya pembangunan di wilayah Lengko
Elar pada masa lampau, keterbatasan sumber daya dan pendapatan ekonomi, serta
sulitnya ekses jalan menuju Wae Laban seakan menjadi litani tantangan yang akan
terus didaraskan saat umat mulai menyingsingkan lengan baju untuk memulai
pembangunan.
Berkenaan dengan tantangan
pembangunan PLTMH ini, Gonis Bajang dan Agus Tangkur, dua anggota DPRD
Manggarai Timur asal Kecamatan Elar, saat menyerahkan bantuan berupa 862 zak
semen guna mendukung pembangunan PLTMH di Lengko Elar, pernah mengacungkan
jempol atas semangat gotong royong yang dimiliki umat Lengko Elar.
“Melihat akses yang curam, licin
dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, bahkan dana sebesar Rp10 miliar
pun tidak akan sanggup menggaet hati seorang kontraktor untuk mengerjakan PLTMH
Wae Laban dalam bentuk proyek. Hanya pastor dan umat Lengko Elar, dengan
bermodalkan iman, semangat gotong royong, keterbukaan, dan kerelaan berkorban
yang mereka miliki, sanggup mengubah kemustahilan itu menjadi peluang,” ungkap
Gonis Bajang.
Gereja
sebagai Pembawa Cahaya
Bagi Pater Laurens Kuil SVD,
hadirnya listrik di Lengko Elar tidak sekadar dimengerti sebagai datangnya cahaya
yang sanggup menghalau kegelapan malam. Melampaui itu, cahaya listrik ini
direfleksikan sebagai simbol hadirnya Gereja yang membawa cahaya kebenaran,
kebahagiaan dan pencerahan bagi keseharian hidup umat Lengko Elar.
“Gereja yang dibutuhkan umat
dewasa ini bukanlah Gereja yang semata-mata hanya tahu melayani sakramen dan
menutup diri terhadap persoalan umat. Gereja yang didambakan umat adalah Gereja
yang bekerja, Gereja yang terlibat, dan Gereja yang sanggup memberi jalan
keluar bagi persoalan yang dihadapi umat,”
kata Pater Laurens.
Pater Laurens berharap, keterlibatan
Gereja dalam pembangunan PLTMH ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup
umat Paroki Lengko Elar, baik rohani maupun jasmani. Sebab menurut dia, selama
ini masyarakat luar sering menganggap bahwa wilayah Paroki Lengko Elar dan
sekitarnya merupakan daerah tertinggal: ekses jalannya buruk, listrik tidak
ada, masyarakatnya kurang proaktif dalam pembangunan dan pelbagai penilaian
minus lainnya.
“Suksesnya pembangunan PLTMH ini
melecut semangat kami, bahwa kami sebenarnya punya kekuatan yang sanggup
mengubah nasib kami sendiri. Kami mensyukuri cahaya listrik yang menyinari langit,
rumah, dan lorong Lengko Elar. Namun di atas semuanya itu, kami mensyukuri
cahaya rahmat Tuhan yang telah menerangi jiwa dan membakar semangat kerja dalam
raga kami,” imbuh Pater Laurens. (Terbit edisi cetak di Harian Umum Flores Pos
Edisi Kamis (25/2) s/d Sabtu (27/2) 2016)
Komentar
Posting Komentar