OLEH YOVAN RANTE
…. (Pentas dibuka dengan instrument Adven
‘Datanglah Tuhan, Datanglah.’ Instrument bisa menggunakan alat musik yang ada,
tetapi menjadi lebih baik jika menggunakan suling bambu. Instrument dibunyikan
bersamaan Narator membacakan komentar awal)….
Komentar Awal:
Nyanyian jiwa mengalun
sendu, tatkala kenangan kejayaan zaman lampau bersanding dengan rintihan
ketertindasan yang datang silih berganti. Ratap tangis pun membahana semakin
menyayat jiwa tatkala penjajahan Romawi melumpuhkan bangsa Israel dalam segala-galanya.
Nubuat para nabi akan datangnya Sang Mesias menjadi
satu-satunya harapan yang senantiasa bergelora. Serigala bersama domba, macan
tutul di samping kambing, anak lembu dan anak singa bermain bersama, lembu dan
beruang akan makan rumput, merupakan sejumput kerinduan dalam hati setiap insan
tertindas. Maka Allah menaruh belaskasihan atas umat-Nya, Ia menepati janji-Nya
tepat pada masa pemerintahan Kaisar Agustus.
Sesungguhnya, kedatangan-Nya sebagai penyelamat bukan hanya
membawa kelegaan bagi umat Israel pada zaman lampau, tetapi juga menjadi
penyelamat bagi kita yang hidup pada zaman ini, menyelamatkan kita dari
tindihan dosa dan ketertindasan kita.
* * *
….
(Musik kerajaan. Dua orang prajurit
Romawi masuk dan mengambil posisi pada sentral gereja; bagus kalau langsung
depan Altar, menghadap umat. Prajurit 1 membunyikan gong, sedangkan Prajurit 2
memegang kertas pengumuman….
Prajurit1
|
:
|
Perhatian! Perhatian! Mohon perhatian untuk mendengarkan pengumuman ini!
|
Prajurit2
|
:
|
Dari
: Paduka yang mulia Kaisar
Agustus.
Utk : Seluruh rakyat yang berada di
bawah kuasa kekaisaran Romawi.
Isi
: Saudara-saudari diperintahkan untuk kembali ke tempat kelahiran masing-masing guna diadakan
pencacahan jiwa!
|
Prajurit1
|
:
|
Segera laksanakan perintah ini sebagaimana mestinya!
|
* * *
…. (Yusuf dan Maria muncul dari bagian
kiri altar/kanan umat. Berjalan perlahan-lahan. Yusuf membawa serta buntalan
pakaian, tongkat dan lentera bernyala. Maria berjalan di sisi Yusuf, tampak
kelelahan dan sesekali memeluk lengan Yusuf. Sebelum mencapai bagian sentral gereja/depan
altar, keduanya berhenti dan berdialog)….
Maria
|
:
|
Yusuf, sekarang sudah sangat gelap.
Telah begitu banyak tempat penginapan yang kita datangi, tetapi tak ada seorang
penduduk pun yang tergerak untuk menerima kehadiran kita. Semua orang sibuk
dengan diri dan kelompok mereka sendiri, tak ada sepotong hati pun yang peduli
dengan derita kita. Lalu, kita akan beristirahat di mana? Aku…, aku sangat
letih.
|
Yusuf
|
:
|
Sabarlah Maria, Yahwe pasti akan membuka sebuah pintu untuk kita. Aku
sangat yakin, Ia punya rencana atas kita, ….
(berseri-seri, sukacita) …. rencana yang besar, ya aku yakin. Pasrahkan
saja kepada-Nya, biarlah kehendak-Nya yang terjadi. Bukankah itu yang selalu
engkau katakan kepadaku, Maria?
|
Maria
|
:
|
Maafkan aku Yusuf. Ya, biarlah terjadi atas diri kita apa pun yang Yahwe
kehendaki.
|
Yusuf
|
:
|
Sudahlah…, ayo kita lanjutkan perjalanan. Percayalah, di penginapan berikutnya
Allah pasti memberi kita tumpangan. Dia Allah yang murah hati.
|
* * *
…. (Amos, seorang pemilik penginapan,
berdiri di depan altar, tepat di tempat kedua prajurit Romawi memberikan pengumuman. Sedangkan Kobus, hamba
Amos, sedang membersihkan altar, posisi di balik altar, memperhatikan Yusuf dan
Maria dan menyimak pembicaraan mereka) ….
Yusuf
|
:
|
Semoga damai
sejahtera turun atas tuan yang budiman!
|
Amos
|
:
|
Semoga demikian pula atas tuan…. (mengusap
dahi, letih)…. Hm, saya harap tuan tidak akan kecewa karena kami tidak
memiliki kamar lagi untuk menginap. Sejak tadi, dengan sangat terpaksa saya
menolak setiap permintaan.
|
Yusuf
|
:
|
Saya mengerti, kami sudah terlambat. Kami berdua telah menempuh
perjalanan yang jauh. Untuk saya sendiri tak usahlah tuan memberi kamar…. (dengan penuh harap)…. Tetapi istri
saya.
|
Amos
|
:
|
Saya paham, tuan berdua datang ke kota ini untuk cacah jiwa dan pajak.
Dari jubah yang tuan pakai, saya rasa tuan keturunan Raja Daud. Agaknya,
tidak selayaknya saya menolak permintaan tuan, tetapi…. (berpikir, mengerutkan dahi)…. Saya tidak dapat mengubah
kemapanan yang ada, maksudku…, saya tidak dapat mengeluarkan seorang tamu
yang sudah nyaman di kamarnya. Bagaimana baiknya ya? …. (menggaruk kepala)… tapi, semua kamar sudah terisi.
|
Yusuf
|
:
|
…. (melihat ke atas)…. Hari sudah larut malam. …(memandang
Maria)…. Istriku sangat kepayahan, ia…, ia sedang mengandung….
|
Amos
|
:
|
Ohh …. (dengan penuh pengertian)….
Apakah tuan punya sanak saudara di tempat ini?
|
Yusuf
|
:
|
Dulunya ada tuan, tapi sekarang tidak
ada lagi.
|
Amos
|
:
|
…. (sambil merenung) …. Banyak orang pergi
ke bukit. Mereka menginap di sana, sebab kota penuh sesak. Tetapi saya rasa
kurang bijaksana bagi tuan berdua.
|
Yusuf
|
:
|
Yah, mungkin kurang
bijaksana.
|
…. (Kobus datang menghampiri Amos,
membungkuk penuh hormat) ….
Kobus
|
:
|
Maafkan hamba, bolehkah hamba mengganggu sebentar?
|
Amos
|
:
|
Ya, ada apa Kobus?
|
Kobus
|
:
|
Hamba tahu sebuah tempat tuanku. …. (agak ragu-ragu)…. Tetapi hanya sebuah
kandang.
|
Amos
|
:
|
Kandang? Di mana?
|
Kobus
|
:
|
Di samping penginapan ini tuanku. Tempat itu beratap dan berpintu.
Juga terdapat beberapa palungan. Dan mungkin pula ada beberapa ekor binatang
kepunyaan tamu lain. Tetapi paling tidak dapat dipakai untuk berteduh.
|
Amos
|
:
|
Tetapi…
|
Yusuf
|
:
|
…. (dengan cepat)…. Ya
tuan, tak apalah. Kami senang menerimanya…. (wajah kegirangan)….
|
Kobus
|
:
|
Hamba dapat membersihkan tempat itu dan mengumpulkan jerami
yang masih segar.
|
Amos
|
:
|
…. (memandang Yusuf,
agak ragu-ragu)…. Tempat itu kotor…
|
Yusuf
|
:
|
Tapi dapatlah kami berteduh. Allah
memberkati tuan.
|
Amos
|
:
|
Kalau demikian kehendak tuan, baiklah. Allah memberkati tuan juga. …(kepada Kobus) …. Tolong bereskan
tempat itu!
|
Kobus
|
:
|
Baik, tuan. Hamba akan membereskannya.
|
.... (Kobus berjalan mendahului Yusuf
dan Maria menuju kandang yang terletak di sisi kanan altar/kiri umat. Kobus membersihkan
kandang itu secukupnya, bercakap-cakap dengan Yusuf, kemudian pamit dan keluar
sesuai rute masuk. Yusuf dan Maria duduk bersimpuh pada sisi kiri dan kanan
kandang ) ….
* * *
…. (sayup-sayup mulai
terdengar tangisan bayi Yesus. Untuk menambah kesyahduan, instrument ‘Malam
Kudus’ bisa diperdengarkan bersamaan dengan komentar Narator) ….
Komentar:
Malam
yang damai, malam yang mulia, malam yang suci. Ada sukacita di bumi ini sebab
Allah berkenan mengunjungi umat-Nya untuk membawa pembebasan dari segala
ketertindasan dan penjajahan, dari segala kuasa dosa dan kegelapan. Ia lahir
sebagai bayi mungil yang lemah dan menjadi sama dengan umat ciptaan-Nya.
Ia
datang bukan dalam semarak takhta-Nya yang mulia, tetapi Ia datang dalam rupa
seorang hamba yang hina. Ia datang untuk membawa damai untuk kita, damai yang
sejati. Damai itu dikhususkan-Nya bagi kita kaum kecil, pendosa, tertindas dan
miskin. Dan karena itu, Ia lahir dengan membawa cirri-ciri kesahajaan hidup
kita, berbaring dalam palungan derita, berlantaikan jerami ketertindasan, dan
berselimutkan lampin ketidakadilan. Kepada-Nya diberikan sebuah nama sederhana
namun mendamaikan jiwa: Yesus. Keberpihakan-Nya terhadap kaum bersahaja nyata
lewat kesediaan-Nya untuk menjadikan para gembala sebagai orang pertama yang
datang mengunjungi-Nya.
* * *
…. (Tiga gembala berkumpul di bagian
kiri altar/kanan umat, tempat Yusuf dan Maria masuk. Ketiganya mengitari api
unggun, salah seorang gembala meniup suling lagu ‘Tenang-Tenang Mendayung’ ) ….
Obed
|
:
|
….(sambil
menengadah)… Hai, tengoklah langit di atas kita! Alangkah cerahnya malam
ini! Bintang-bintang bertaburan. Pernahkah kamu melihat bintang, sedemikian
banyaknya seperti pada malam ini? Bila ada di sini aku selalu teringat,
“Segala langit wartakan mulia Allah, karya tangan-Nya dikabarkan
cakrawala” …. (Catatan: kalau memungkinkan, bagian kutipan ini bisa dinyanyikan.
Lihat buku Pujian Senja dan Pujian Malam hlm. 11) ….
|
Nahum
|
:
|
…(menengadah)…. Ya, banyak sekali bintang malam ini. Mungkin hanya karena ayat yang kau
kutip tadi, tapi…, bukankah langit benar-benar tampak lebih cemerlang malam
ini? Aku sendiri tidak tahu. Bintang-bintang itu seperti lebih dekat…,
betulkah dugaanku ini? Sedemikian dekatnya seolah-olah kita dapat mencapai
dan mengambilnya…. (tertawa sendiri
atas kepolosannya, lalu berbicara kepada Obed)…. Obed, seharusnya kau
menjadi sarjana.
|
Obed
|
:
|
Itu tidak!! Aku tidak mau hatiku silau
oleh harta, kuasa, dan ilmu pengetahuan. Aku lebih suka menjadi orang kecil
dan sederhana, sebab di bawah tindihan kemiskinan, ketertindasan dan
ketidakberdayaanku inilah yang membuat aku tidak pernah melupakan Allah, aku
selalu mengandalkan Dia.
|
….(Tiba-tiba muncul sinar yang sangat
terang. Ketiga gembala terkejut)…
Demas
|
:
|
Hai! Apa ini?
|
Nahum
|
:
|
Ada apa?
|
Demas
|
:
|
Lihatlah langit, seperti terbakar!
|
Obed
|
:
|
Kiamat! Kiamat!
Lindungi mukamu. …. (ketiganya menutup
muka dengan sarung/jubah yang mereka
pakai) .
|
Demas
|
:
|
…( berseru keras)… Ya Tuhan, jangan tinggalkan kami.
|
Malaikat
|
:
|
… (berdiri
di sisi kiri Altar, berbicara dengan suara lembut namun berwibawa)…. Jangan
takut! Sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk
seluruh bangsa.
|
Obed
|
:
|
…(Perlahan-lahan
mengangkat muka, diikuti kedua gembala lainnya, setengah berbisik)… Itu malaikat Tuhan!
|
Malaikat
|
:
|
Hari ini telah lahir
bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di Kota Daud! Dan inilah tandanya
bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan
terbaring dalam palungan. ….(meninggalkan
mereka perlahan-lahan)….
|
Obed
|
:
|
….
(penuh khidmat) …. Kita telah mendapat penglihatan.
|
Nahum
|
:
|
Mesias telah dilahirkan…
|
Demas
|
:
|
Di Bethlehem, Kota Daud….
|
Semua
|
:
|
Mari kita pergi
menyembah-Nya.
|
…. (Ketiga gembala itu
berlari-lari penuh sukacita menuju kandang tempat bayi Yesus dilahirkan.
Membuat penyembahan seperlunya. Bisa diiringi instrument ‘Sudah Lahirlah
Penebus/Damai’) ….
*
* *
Komentar
Akhir:
Yesus telah lahir untuk kita. Ia datang
membawa damai dan cinta. Ia tidak datang dalam kemilau cahaya-Nya sebab kita
pasti takkan bertahan. Ia datang dalam kesahajaan agar kita berani mendekap-Nya
sebagai saudara, memeluknya sebagai Bapa yang melindungi kita.
Ia telah lahir untuk kesekian ribu
kalinya ke dunia dan telah sekian ribu kali pula kita menolak dan
menyalibkan-Nya dengan dosa-dosa kita. Semoga pada kelahiran-Nya pada malam
hari ini, kita mau menerima Dia dalam
hati dan keluarga kita masing-masing, untuk mambawa pembebasan bagi jiwa kita. Gloria in Excelcis Deo ... !
Novisiat Kuwu - Ruteng, 15 Desember 2009
Komentar
Posting Komentar